Utsman bin Affan dan Firasat Tajamnya

0
76
shalawat nariyah

Utsman bin Affan r.a. adalah salah satu dari sepuluh sahabat Nabi Muhammad saw. yang dijanjikan surga.  Ia juga merupakan penerus (khalifah) Nabi yang ketiga.

Seorang hamba yang dijanjikan masuk surga pastilah bukan orang sembarangan. Tinta sejarah mencatat bahwa Utsman adalah orang yang bersih hatinya, dermawan, penyabar, pemaaf dan pemalu. Untuk yang terakhir ini, Rasulullah saw. sendiri bersabda:

أَصْدَقُهُمْ حَياءً عثمانُ

“Sejujur-jujurnya umatku dalam sifat pemalunya adalah Utsman.” (HR At-Turmudzi).

Syekh Muhammad Mahfudz Tremas dalam kitabnya yang berjudul Bughyah al-Adzkiya` (hal. 17-18), menghikayatkan sebuah kejadian yang menunjukkan kebersihan hati Utsman bin Affan.

Pada suatu hari, seorang laki-laki masuk ke dalam ruangan Utsman. Sebelumnya, laki-laki tersebut sempat berjumpa dengan seorang perempuan yang membuatnya kepikiran sampai ia tiba ruangan Utsman.

Untuk menyindir laki-laki tersebut, Utsman berkata, “Seorang dari kalian ada yang memasuki ruang ini sementara di matanya ada bekas zina.”

Laki-laki tersebut kaget dan berkata, “Adakah wahyu masih diturunkan setelah wafatnya Rasulullah saw.?”

Utsman menjawab, “Tidak. Ini hanyalah firasat.”

Syekh Mahfudz menjelaskan, seseorang yang bersih hatinya, dapat melihat dengan “cahaya” Allah Swt. Sehingga, penglihatannya dapat mengindra kotoran yang tersembunyi. Sebagian orang hanya dapat melihat adanya kotoran tanpa mengerti penyebabnya. Sebagian lagi dapat mendapati kotoran dan mengetahui penyebabnya.

Menurut Syekh Mahfudz, dari kejadian ini kita bisa belajar bahwa segala macam maksiat akan membekaskan noda hitam di dalam hati, lalu menjelma jadi kotoran yang mengakibatkan hati gelap pekat hingga membuatnya terkunci untuk menerima cahaya hidayah. Dan, akhirnya tidak ada jalan untuk bertaubat. Allah Swt. berfirman dalam QS At-Taubah (9) ayat 87:

وَطُبِعَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ

“Dan hati mereka telah tertutup, sehingga mereka tidak memahami (kebahagiaan beriman dan berjihad).”

Sebenarnya, dosa memikirkan perempuan itu tergolong dosa yang sangat kecil. Dosa kecil yang tentunya hanya mendatangkan noda yang juga kecil. Noda kecil yang tidak mudah diketahui, kecuali oleh orang yang memiliki “indra” yang tajam, seperti Utsman bin Affan. Bahkan tidak hanya itu, Utsman juga mengetahui asal-muasalnya. Untuk itu, Utsman memberi peringatan agar laki-laki tersebut segera bertaubat. Sebab, selagi noda yang membekas padanya masih kecil, dengan izin Allah Swt., maka nodanya bisa dengan mudah dihapus dengan beristigfar dan amalan-amalan pelebur dosa lainnya.

Namun, apabila dosa yang dilakukan terlanjur banyak dan menumpuk sampai menggelapkan hati, sebagaimana telah disinggung di atas, maka noda yang membekas akan dengan mudah bisa dilihat banyak orang. Pelakunya sendiri pun tidak merasakan adanya kotoran noda pada dirinya, sebab mata hatinya telah buta. Na’udzubiLlah.