Syair NU Gubahan K.H. Thaifur Ali Wafa

0
5412

Menggubah syair adalah salah satu cara yang sejak dulu biasa dilakukan orang-orang Arab terdahulu untuk menyampaikan perkataan dengan pola yang lebih indah dan elok. Kebiasaan ini berlanjut sampai era Islam. Banyak riwayat mengisahkan tentang para sahabat yang melantunkan syair-syair pujian di hadapan Nabi Muhammad saw.

Tak heran jika generasi-generasi umat Islam setelahnya pun marak yang menggubah syair sebagai media untuk menyebarkan ilmunya, hingga hampir di setiap ilmu-ilmu keislaman ada karangan “kasidah” (kumpulan syair) yang fenomenal. Contohnya di ilmu fikih ada Zubad, di nahwu-saraf ada Alfiyyah Ibn Malik, di balagah ada Uqud al-Juman.

Yang juga lazim disusun adalah kasidah yang memuat pujian-pujian kepada Rasulullah saw., seperti kitab-kitab maulid. Begitu pula pujian-pujian atau kebanggaan untuk satu kelompok atau golongan. Kebiasaan ini terus berlanjut hingga sekarang. Di kalangan NU misalnya, kita tentu tidak asing lagi dengan syair Ya Lal-Wathan dan Shalawat Badr. Dan sebenarnya selain dari dua syair tersebut, masih banyak syair-syair bernuansa ke-NU-an yang disusun oleh kiai-kiai NU. Di antaranya adalah syair NU gubahan Kiai Thaifur Ali Wafa yang akan dikutip di bawah. Namun sebelum itu, ada baiknya saya haturkan profil singkat penyusunnya.

K.H. Thaifur Ali Wafa adalah seorang ulama asal Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Kiai kelahiran Desember 1964 ini adalah salah satu kiai yang menguasai banyak sekali disiplin ilmu-ilmu keislaman. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya karya Kiai Thaifur yang tidak hanya berfokus pada satu-dua disiplin ilmu. Ada puluhan karya tulis yang disusunnya yang meliputi tafsir Al-Qur’an, fikih, hingga “alat-alatnya”. Dari risalah-risalah kecil, hingga buku tebal berjilid-jilid.

Kepakaran Kiai Thaifur tidak hanya diakui kalangan pesantren di pulau Madura, salah satu karya tulisnya yang berjudul Bulghah ath-Thullab sering dijadikan rujukan keputusan Bahtsul Masail di pesantren-pesantren di pulau Jawa. Bahkan kalangan akademisi di luar pesantren pun juga tak meragukan kealimannya.

Baca juga: Biografi KH. Thoifur Ali Wafa

Kiai Thaifur pernah bercerita bahwa beliau sempat ditawari gelar doktor kehormatan/honoris causa. Tawaran itu datang sampai dua kali, namun keduanya beliau tolak. Cerita ini saya dengar langsung dari Kiai Thaifur saat silaturahim Idulfitri beberapa tahun lalu. Tapi sayangnya saat itu saya tidak berani bertanya, apakah dua tawaran gelar tersebut datang dari satu instansi perguruan tinggi atau dari dua instansi yang berbeda dan instansi apa yang menawarkan gelar tersebut kepada beliau.

Akhiran, inilah syair NU karya Kiai Thaifur dengan wazan bahar basith(14 ketukan seperti “مَوْلَايَ صَلِّ وَسَلِّم دَائِمًا أَبَدًا”).

وَإِسْمُ نَهْضَةِ الْعُلَمَاءِ مُشْتَهِرُ # عَلَى طَرِيْقَةِ أَسْلَافٍ بِهَا حَرَّرُوْا

Nahdlatul Ulama sungguh terkenal namamu

Tegap maju pada jalan para pendahulu

جَمْعِيَّةٌ بُوْرِكَتْ مِنْ أَوَّلِ الْوَضْعِ وَالتْـ # تَأْسِيْسِ حَتَّى انْتِهَا الزَّمَانِ قَدْ قَرَّرُوْا

Berkah Tuhan selalu mengiringi langkahmu

Dari awal berdiri sampai di akhir waktu

عَلَى طَرِيْقَةِ أَهْلِ سُنَّةٍ بُنِيَتْ # مَعَ الْجَمَاعَةِ وَالْآدَابِ فَانْتَصَرُوْا

Ahlussunnah waljamaah itu landasanmu

Sehingga kemenangan selalu bersamamu

أَسَّسَهَا الْعُلَمَاءُ الْعَارِفُوْنَ نُجُوْ # مُ الْاِهْتِدَا الْمُخْلِصُوْنَ السَّادَةُ الغُرَرُ

Engkau pun didirikan para bintangnya ilmu

Dibingkai keikhlasan dan ketulusan kalbu

يَا رَبِّ وَاحْفَظْهَا مِنْ كَيْدِ الْعِدَا وَانْشُرَنْ # لِوَاءَهَا حَتَّى يَفْنَى الدَّهْرُ وَالْعُصُرُ

Tuhan, jagalah NU dari para penganggu

Kibarkan benderanya sampai di akhir waktu

وَأَلِّفَنْ بَيْنَ عُلَمَائِهَا وَانْصُرَنْ # بِهَا شَرِيْعَتَنَا يَا مَنْ لَهُ الْقَدَرُ

Cinta antar ulama NU jadikan satu

Kibarkan benderanya sampai di akhir waktu

وَاجْمَعْ بِهَا شَمْلَنَا يَا رَبَّنَا كَرَمًا # وَاكْتُبْ لِمَنْ كَادَهَا بِالسُّوْ وَإِنْ كَثُرُوْا

Dengan NU, urusan kami jadikan satu

Tumpas habis semua para pengganggu NU

وَارْزُقْ أَيَا رَبَّنَا الْمُنْتَسِبِيْنَ لَهَا # صِدْقًا وَقُوَّةَ جَاشٍ وَكَذَا الظَّفَرُ

Jadikanlah jamaah NU bermental batu

Teguh jujur menyongsong kemenangan dari-Mu

مَعَ الْوَفَا وَاتِّحَادِهِمْ كَعُضْوٍ أَتَى # حَتَّى تَآخَوْا كَمَا قَدْ جَاءَنَا الْخَبَرُ

Satukanlah mereka bagai tubuh yang satu

Atau bagai saudara yang seayah seibu

وَأَحْيِ رُوْحَ الْجِهَادِ رَبِّ فِيْ قَلْبِهِمْ # وَاجْعَلْهُمُوْ أَهْلَ عِلْمِ الْمُصْطَفَى نَشَرُوْا

Bangkitkanlah semangat juang di dalam kalbu

Jadikan mereka pewaris ilmu nabi-Mu

وَأَلْقِ فِيْ قَلْبِ مَنْ عَادَاهُمُوْ فَرَقًا # وَالْخَوْفَ وَالرُّعْبَ وَالْفَشَلَ يَنْتَشِرُ

Rasa takut dan lemah, tebarkanlah oleh-Mu

Dalam hati mereka yang memusuhi NU

وَالْاِنْقِيَادَ لِحَقٍّ رَبِّ مَعْ أَهْلِهِ # وَالْاِقْتِدَاءَ بِهِمْ وَأَنْتَ مُقْتَدِرُ

Dan bimbinglah mereka meniti di jalan-Mu

Tunduk patuh bersama ulama ahli ilmu

وَفَرِّقَنْ جَمْعَهُمْ وَبَدِّدَنْ شَمْلَهُمْ # وَشَوْكَةً لَهُمُ اكْسِرْ رَبِّ فَانْكَسَرُوْا

Pecahkan persatuan para pengganggu NU

Patahkanlah sehingga mereka lumpuh kaku

ثُمَّ الصَّلَاةُ عَلَى الْمُخْتَارِ مِنْ مُضَرٍ # مَعَ سَلَامِيَ مَا قَدْ شَعْشَعَ الْقَمَرُ

Shalawat serta salam kuhaturkan padamu

Wahai Nabi pilihan, langgeng sepanjang waktu

وَآلِهِ الْغُرِّ وَالْأَصْحَابِ مَا أُنْشِدَتْ # وَإِسْمُ نَهْضَةِ الْعُلَمَاءِ مُشْتَهِرُ

Famili dan sahabat seiring kidung lagu

“Nahdlatul Ulama sungguh terkenal namamu”

Baca juga: Syair Tentang KH Maimun Zubair