Sirah Nabawiyah [3]: Permulaan dan Perkembangan Penulisan Biografi Nabi saw.

0
48
Permulaan dan perkembangan penulisan biografi Nabi saw

Secara kronologis, penulisan biografi Nabi saw. berada di urutan kedua setelah penulisan hadis. Jadi secara umum, penulisan hadis lebih dahulu daripada penulisan biografi Nabi saw. Karena sebagaimana diketahui, penulisan hadis Nabi saw. sudah dimulai sejak Nabi saw. masih hidup. Penulisan hadis ini atas perintah beliau sendiri setelah beliau memastikan bahwa para sahabat mampu memperhatikan perbedaan yang mencolok antara redaksi Al-Qur’an yang bisa melemahkan (mukjizat) dan redaksi hadis yang bernilai sastra tinggi sehingga tidak menjadi rancu bagi mereka.

Penulisan kisah hidup dan peperangan Nabi saw. secara umum dilakukan belakangan setelah penulisan hadis, meski sebenarnya para sahabat juga merasa penting untuk menyebarkan biografi dan peperangan beliau dari mulut ke mulut.

Pelopor penulisan biografi umum (bukan hanya yang berhubungan dengan hukum) Nabi saw. kemungkinan adalah ‘Urwah bin Zubair (w. 92 H.), Abban bin Utsman (w. 105 H.), Wahab bin Manbah (w. 110 H.), Syurahbil bin Sa’ad (w. 123 H.), dan Ibnu Syihab Az-Zuhri (w. 124 H.).

Sebagaimana mereka disebut sebagai pelopor penulisan biografi Nabi, tulisan-tulisan mereka adalah perintis pekerjaan ilmiah besar ini. Bahkan, kerja mereka ini dianggap sebagai langkah pertama dalam kepedulian akan pentingnya penulisan sejarah secara umum. Hal ini tanpa melihat pada banyak peristiwa bersejarah yang tersebar di Al-Qur’an dan terkandung dalam kitab-kitab hadis yang berfokus pada ucapan dan tindakan Nabi saw., terutama yang berkaitan dengan penetapan hukum.

Baca juga: Sejarah Perbedaan Dalam Islam (Khilafiyah)

Hanya saja seluruh manuskrip awal ini sudah hancur ditelan masa. Yang sampai pada kita hari ini hanya sisa-sisa yang tercerai-berai yang sebagiannya dikutip oleh Ibnu Jarir At-Thabari (w. 310 H.). Konon, sisa manuskrip yang ditulis oleh Wahab bin Manbah ada yang masih tersimpan di kota Heidelberg Jerman.

Meskipun semua manuskrip awal itu sekarang sudah hilang, akan tetapi ada sejarawan generasi berikutnya yang masih menemukan seluruh manuskrip itu kemudian mengutipnya dalam kodifikasi mereka sendiri, yang alhamdulillah mayoritas bisa kita temukan hari ini.

Sejarawan generasi kedua ini adalah Muhammad bin Ishaq (w. 152 H.). Para peneliti bersepakat bahwa manuskrip Ibnu Ishaq adalah manuskrip paling terpercaya pada masanya. Meskipun manuskripnya, Al-Maghazi Wa as-Siyar tidak lagi ada secara fisik, hanya saja Ibnu Hisyam Abu Muhammad Abdul Malik (w. 218 H.) yang berada pada generasi berikutnya menuliskannya kembali dengan lebih rapi dan teredit setelah sekitar 50 tahun dari wafat Ibnu Ishaq.

Ibnu Khallikan (w. 681 H.) berkata, “Ibnu Hisyam adalah orang yang menghimpun biografi Nabi saw. berdasarkan manuskrip Ibnu Ishaq, Al-Maghazi Wa as-Siyar. Ia lalu mengoreksi dan mengintisarikannya. Itulah biografi yang ada sekarang dan populer disebut Sirah Ibnu Hisyam.”

Baca juga: Sirah Nabawiyah [1]: Urgensi Biografi Nabi untuk Memahami Islam

Secara keseluruhan, sumber data biografi Nabi saw. yang dipegang oleh para sejarawan  dari berbagai generasi, terbatas pada tiga sumber berikut.

  1. 1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah sandaran pertama untuk mengetahui kondisi umum dan periode global kehidupan Nabi saw. tanpa melihat urutan redaksi yang menjelaskannya (karena Al-Qur’an bukan buku sejarah yang diurutkan sesuai kronologi).

2. Kitab-kitab hadis

Terutama, kitab yang ditulis oleh para tokoh hadis yang terkenal kredibilitas dan integritasnya. Seperti Kutubus Sittah, yakni enam kitab hadis paling kredibel: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan An-Nasa’i, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, dan Sunan Ibnu Majah. Lalu ada kitab Al-Muwatha’ tulisan Imam Malik, Musnad Imam Ahmad, dan lainnya. Meskipun toh, fokus kitab-kitab ini pada mulanya diarahkan pada ucapan dan tindakan Nabi sebagai sumber hukum, bukan sebagai kodifikasi sejarah. Oleh karenanya, hadis-hadis dalam kitab-kitab ini disusun berdasarkan bab fiqh. Ada pula yang disusun berdasarkan nama sahabat Nabi yang meriwayatkannya, tanpa memperhatikan urutan kronologisnya.

3. Para rawi hadis yang berfokus pada biografi umum dan kehidupan Nabi saw.

Sebenarnya, banyak sekali sahabat yang berfokus pada biografi Nabi saw. Bahkan jika ada salah satu dari mereka bersama Nabi ketika terjadi sebuah peristiwa, ia pasti akan menceritakannya pada sahabat lain dan pada generasi berikutnya lebih dari sekali. Akan tetapi, pada awalnya mereka tidak menganggap penting untuk menghimpun dan membukukannya.

Sebaiknya, pada pembahasan biografi ini kujelaskan perbedaan umum antara tulisan dan nota, dengan kompilasi dan kodifikasi. 

Kitabah (tulisan) dan taqyid (nota) hadis sudah ada sejak Nabi masih hidup. Sedangkan ta’lif (kompilasi) dan tadwin (kodifikasi) yang merupakan himpunan hadis yang tersusun di antara dua sampul mulai ada setelah masa sahabat, ketika sudah ada kebutuhan untuk itu.

Allahu a’lam.

Referensi: Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah, (Mesir: Dar al-Salam, 2021), Hal. 25-28.