Hadiah Pahala Untuk Mayit Menurut Ibn Taimiyah (Hujjah-2)

0
3332
hadiah pahala

Oleh: Ahmad Muntaha AM

Hadiah pahala amal shaleh kepada mayit atau orang yang meninggal menjadi permasalah pertama yang disinggung oleh KH. Ali Maksum Krapyak dalam kitabnya Hujjah Ahlussunnah wal Jama’ah.

Perihal Hadiah Pahala Tidak Layak Diperdebatkan

Secara bijak beliau katakan, bahwa hadiah pahala kepada orang meninggal─sebagaimana dilakukan mayoritas kaum muslimin Indonesia─merupakan permasalahan furu’iyyah (cabang yang tidak bersifat prinsip) yang hukumnya dipersilisihkan oleh ulama. Karenanya tidak layak bila diperdebatkan hingga menimbulkan fitnah dan pertengkaran yang tidak sehat. Andaikan orang yang melarangnya punya dalil, maka bagi pelakunya juga punya dalil.

Bahkan katanya, sesuai kutipan dari Mufti Mesir bermazhab Maliki Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf (1277-1355 H/1861-1936 M), Ibn Taimiyyah (w.728 H)─yang sering menjadi rujukan para penentang hadiah pahala─pun membenarkan praktik keagamaan seperti ini. Dalam Hujjah Ahlussunnah wal Jama’ah (hlm. 7) KH. Ali Maksum mengatakan:

قَالَ ابْنُ تَيْمِيَّةَ: إِنَّ الْمَيِّتَ يَنْتَفِعُ بِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ كَمَا يَنْتَفِعُ بِالْعِبَادَةِ الْمَالِيَّةِ مِنَ الصَّدَقَةِ وَنَحْوِهَا.

“Ibn Taimiyyah berkata: ‘Sungguh mayit dapat menerima manfaat bacaan al-Qur’an (dari orang lain yang dihadiahkan kepadanya) sebagaimana ia mendapat manfaat dari ibadah maliyyah (yang bersifat hartawi) seperti sedekah dan selainnya.”

Info Kajian: Yuk Ikuti! Kajian Aswaja di Surabaya

Validitas kutipan Kiai Ali Maksum dan Syaikh Hasanain ini dapat dicek langsung dalam karya-karya Ibn Taimiyyah, semisal al-Fatawa al-Kubra yang menghimpun berbagai fatwanya. Dalam kumpulan fatwa ini setidaknya empat (4) kali Ibn Taimiyyah membolehkan hadiah pahala kepada orang meninggal, yaitu pada al-Fatawa al-Kubra III/32-33 dan III/37-38 dalam beberapa jawaban dari persoalan yang dimintakan fatwa kepadanya.

Bacaan Qur’an Sampai Kepada Mayit

Yang paling tegas ketika Ibn Taimiyyah ditanya tentang bacaan Qur’an keluarga mayit apakah sampai kepadanya? Tasbih, tahmid, tahlil dan takbir ketika dihadiahkan kepada mayit apakah pahalanya juga sampai kepadanya? Dalam al-Fatawa al-Kubra (III/38) Ibn Taimiyyah menegaskan:

يَصِلُ إلَى الْمَيِّتِ قِرَاءَةُ أَهْلِهِ، وَتَسْبِيحُهُمْ، وَتَكْبِيرُهُمْ، وَسَائِرُ ذِكْرِهِمْ لِلهِ تَعَالَى، إذَا أَهْدَوْهُ إلَى الْمَيِّتِ، وَصَلَ إلَيْهِ.

“Bacaan al-Qur’an, tasbih, takbir dan seluruh zikir mereka kepada Allah Ta’ala sampai kepada mayit. Ketika dihadiahkan kepada mayit maka sampai kepadanya.”

Baca Juga: Tiga Pesan Kiai Ali Maksum Krapyak (Hujjah-1)

Karenanya, sudah bukan waktunya lagi orang mempertanyakan sampainya hadiah pahala amal shaleh kepada orang yang sudah meninggal. Sebab Ibn Taimiyyah pun, yang sering dijadikan sebagai ulama rujukan para penentangnya, ternyata berulangkali membolehkannya.

Sumber:
Ali Maksum al-Jukjawi, Hujjah Ahlussunnah wal Jama’ah, (tth.: Karamah, tth.), 9.
Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyyah al-Harrani, al-Fatawa al-Kubra, (ttp.: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1408 H/1978 M), tahqiq: Muhammad Abdul Qadir ‘Atha dan Musthafa Abdul Qadir ‘Atha, III/32-33 dan III/37-38.

Ilustrasi : warkopmbahlalar