Islam Nusantara Bukan Menusantarakan Islam

0
1809

Bandung, NU Online
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, Dr.H Eman Suryaman berpadangan bahwa Islam Nusantara yang diusung oleh NU tersebut merupakan ijtihad sosial-politik. Ia merupakan model, dan bukan ajaran atau paham.

“Betul bahwa Islam sebagai ajaran itu tunggal, tapi sebagai model beragam. Sunnatullah sosiologis-demografi itulah yang beragam. Jadi Islam-Nusantara adalah model dari sekian banyak model ke-Islaman di berbagai suku-bangsa dunia. Jadi jangan seperti yang diisukan oleh orang-orang yang mengatakan Nahdlatul Ulama menusantarakan Islam. Ini tidak tepat keliru memahami. Sekali lagi, harus dibedakan antara Islam sebagai ajaran dengan nusantara sebagai demografi,” jelasnya kepada NU Online di Bandung, Selasa (9/6).

Eman perlu mengklarifikasi banyaknya berita yang muncul tentang Islam Nusantara yang dianggap “menusantarakan Islam” sehingga seakan-akan mempermainkan Islam. Hal tersebut oleh Eman dianggap salah memahami maksud karena melihat dua hubungan yang berbeda antara Islam sebagai ajaran atau paham dengan Islam (realitas muslim) dalam ruang sosiologis atau ruang demografis.

“Islam Nusantara itu pertama ini menunjukkan bahwa Islam Indonesia berbeda dengan Islam di Timur Tengah. Jadi perbedaannya ya pada realitasnya, bukan pada ajarannya. Ajaran Islam tetap sama, tapi di luar ibadah itu wilayah ijtihadiah, jadi bisa berbeda. Sesuai sunnatullah,” terangnya.

Dengan kata lain, Nahdlatul Ulama ingin menunjukkan bahwa Islam itu tidak harus keras sebagaimana Islam di Timur Tengah yang banyak melakukan peperangan, apalagi atas nama agama, dan musuhnya pun sesama orang Islam. Di Indonesia, menurut Eman punya problem yang berbeda. Karena itu pendekatannya pun mesti melihat realitas, melihat sunnatullahnya.

“Kita semua orang Islam berusaha taat pada Allah dan Rasullullah, tapi juga harus melihat sunnatullahnya supaya ketaatan kita pada Allah dan Rasullulullah itu bisa diimplementasikan secara tepat, tidak memaksakan ajaran dengan keadaan, dan bisa berhasil seperti para Walisongo yang dulu punya prestasi membawa model gerakan ke-Islaman di Nusantara tanpa kekerasan,” terangnya. (Ferli Husain/Anam)


sumber : nu.or.id