Gus Dur, Al-Muhallab Dan Dedikasi Generasi Milenial

0
1184
Al Muhallab

Oleh: Ahmad Muntaha AM
Pagi dingin di Pagergunung, 28 Desember 2019

Ini sedang baca-baca karya al Muhallab : al Mukhtashar an Nashih fi Tadzhib al Jami’ as Shahih. Ahli hadits yang sangat inspiratif dan berjasa besar dalam mensyiarkan kitab Shahih al Bukhari di Andalusia tempo doeloe saat puncak kejayaannya. Sebenarnya ia punya Syarh Shahih al Bukhari, tapi sayang tidak sampai kepada kita.

Untung oleh Ibn Batthal, sebagai muridnya, banyak sekali pendapatnya dikutip dalam Syarh Shahih al Bukhari karyanya. Dari karya Ibn Batthal inilah Amir al Mu’minin fi al Hadits, Ibn Hajar al Asqalani (w. 852 H), mendapatkan sumber-sumber riwayat dan penjelasan hadits Shahih al Bukhari yang berasal dari al Muhallab, kemudian mengabadikannya dalam masterpiece Fath al Baru Syarh Shahih al Bukhari.

Al Muhallab, terkenal sebagai ulama yang sangat cerdas, fathanah, sebagai pakar hadits dan fikih asal kota Almeria yang kemudian diamanahi sebagai qadhi atau hakim di kota Malaga, Andalusia atau Spanyol sekarang.

Dialah yang memopulerkan kitab Shahih al Bukhari di Andalusia, hingga masyhur dikatakan:

احيا كتاب البخاري في بلاد الاندلس.

“Al Muhallab lah yang menghidupkan kitab Shahih al Bukhari di negeri Andalusia.”

Atas dedikasi totalnya terhadap kitab Shahih al Bukhari, dengan mempelajarinya bahkan sampai berkelana dari barat hingga negeri-negeri timur: Kairuon Tunisia, Mesir, Makkah dan kota-kota lainnya untuk bertemu guru-gurunya, khususnya Abu al Hasan al Qabisi di Kairuon. Kemudian pulang ke timur untuk mengajarkan, meringkas, mensyarah, meneliti sanad dan mengistinbath fikih haditsnya, ia menjadi sangat terkenal waktu itu.

Tidak disebut kitab Shahih al Bukhari kecuali nama al Muhallab disebut. Tidak disebut al Muhallab kecuali disertai penyebutan kitab al Bukhari.

Di kawasan Islam Eropa terpenting itu, kitab Shahih al Bukhari menjadi sangat populer karena dedikasi al Muhallab. Demikian pula al Muhallab menjadi sangat masyhur dan dihormati di sana karena dedikasi totalnya terhadap kitab Shahih al Bukhari.

Demikian pula Gus Dur, telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk keislaman, kemanusiaan dan kebangsaan. Ia dedikasikan hidupnya untuk membangun laku keislaman yang penuh kerahmatan. Ia dedikasikan hidupnya untuk memanusiakan manusia tanpa mengenal batas suku, agama ras dan latarbelakang lainnya. Sebab baginya, semuanya sama, sama-sama hamba di hadapan Tuhannya. Ia dedikasikan hidupnya pasang badan demi terjaganya kerukunan dan persatuan manusia Indonesia sebagai sebuah bangsa dengan segala pluralitasnya.

Nah, sebagai generasi milenial, apa yang dapat kita dedikasikan untuk merawat keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan di tengah berbagai tantangan yang terus menyeruak saat ini? Apakah cukup diam saja, atau kita ambil sebagian-sebagiannya?

Sumber:
Al Muhallab, al Mukhtashar an Nashih fi Tadzhib al Jami’ as Shahih, (Riyadh: Dar Ahl as Sunnah, 1430 H/2009 M), cet. 1, I/12-16.

Ilustrasi: gusdur.net