Tabayyun: Sesuatu yang Hilang dari Kita

0
2049
Tabayyun, Sesuatu yang Hilang dari Kita

Oleh: Amin Ma’ruf*

Saat ini dunia dalam genggaman. Informasi belahan dunia mana saja, dan apa saja tersedia di dalam smartphone. Sayangnya ke-smart-an handphone tidak berbanding lurus dengan ke-smart-an penggunanya. Informasi apa saja terkadang ditelan mentah-mentah. Tidak begitu peduli apakah itu hoaks atau bukan.

Menurut Prof. Nadirsyah Hosen, pengguna smartphone dalam ber-medsos cenderung memercayai sesuatu yang memang ingin dipercayai atau disenangi. Jika ada berita tentang seorang tokoh, tanpa berpikir panjang, langsung share atau menvonis ramai-ramai tokoh tersebut. Jadi yang jadi ukuran adalah ‘senang atau tidak senang’, bukan ‘benar atau tidak benar’ (Saring Sebelum Sharing, hlm. 306).

Sebuah realitas yang sungguh dilematis.

Kita sebagai komunitas masyarakat muslim yang katanya memiliki pedoman Al-Qur’an dan hadis, apakah akan terus seperti itu dalam menyikapi informasi? Apakah akan terus bersikap reaktif terhadap informasi yang belum jelas kebenarannya?

Cobalah kita buka kembali surat al-Hujarat: 6. Kita baca kembali, kemudian dipahami dengan sungguh-sungguh. Kita tadabbur-i maknanya. Apa saja pesan yang terkandung di dalamnya? Ayat ini berbunyi:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al-Hujurat: 6 )

Baca juga: Boleh Berdakwah, Asal Perhatikan Prinsip Berikut

Menurut Syaikh Wahbah Az-Zuhailiy, paling tidak ada tiga poin penting yang bisa kita simpulkan dari ayat tabayyun di atas.

Tabayyun: Klarifikasi

Pertama, klarifikasi dari setiap informasi yang diterima, terutama dari informan maupun sumber informasi yang kurang valid. Beliau dalam menafsirkan ayat di atas seperti berikut :

إن أتاكم فاجر لا يبالي بالكذب بخبر فيه إضرار بأحد، فتبينوا الحقيقة

“Jika kalian didatangi orang tidak baik, yang tidak peduli dengan informasi hoaks yang memberi efek negatif bagi orang lain, maka klarifikasilah faktanya.” (Syaikh Wahbah Az-Zuhailiy, Tafsir Munir, [Beirut:Dar al-Fikr, 2018] jilid 13, hlm. 557)

Terburu-Buru Memvonis

Kedua, jangan terburu-buru mengambil sikap, apalagi menvonis salah, sebelum faktanya diketahui. Mengapa demikian? Agar tidak terjadi kesalahan menghakimi seseorang yang belum tentu bersalah. Syaikh Az-Zuhailiy menyampaikan:

ولا تتعجلوا بالحكم حتى تتبصروا في الأمر والخبر لتتضح الحقيقة وتظهر، خشية أن تصيبوا قوما بالأذى، وتلحقوا بهم ضررا لا يستحقونه، وأنتم جاهلون حالهم

“Janganlah kalian terburu-buru menghakimi, hingga melihat dengan jelas perkara dan informasinya, supaya jelas faktanya. Khawatirnya kalian menyakiti suatu kelompok, menimbulkan dampak negatif pada mereka yang tidak bersalah, sedangkan kalian tidak tahu kondisi sebenarnya.” (Syaikh Wahbah Az-Zuhailiy, Tafsir Munir, [Beirut:Dar al-Fikr, 2018] jilid 13, hlm. 557)

Simak kajian islam kami di fanpage aswajamuda.com

Penyesalan Apa yang Telah Diperbuat

Poin ketiga adalah inti dari dua poin di atas, yaitu agar tidak menyesal kemudian, atas apa yang telah diperbuat.

فتصيروا على ما حكمتم عليهم بالخطإ نادمين على ذلك، مغتمين له، متمنين عدم وقوعه

“Maka sebab itu kalian menjadi menyesal, susah, dan berharap itu tidak dilakukan, atas apa yang sudah divoniskan kepada mereka.” (Syaikh Wahbah Az-Zuhailiy, Tafsir Munir, [Beirut:Dar al-Fikr, 2018] jilid 13, hlm. 557)

Walhasil, apakah tabayyun (klarifikasi) masih menjadi akhlak kita dalam ber-medsos? Atau cuma jadi data yang termaktub di dalam firman-Nya, tanpa kita mengamalkannya? Mari kita introspeksi diri masing-masing.

Wallohu a’lam

*Santri PP Al-Iman Bulus Purworejo; Mahasiswa Tafsir Pascasarjana UNSIQ Wonosobo.