Ajining rogo soko busono. Kalimat tersebut memiliki arti, kehormatan raga terlihat dari busana yang dikenakan. Petuah populer ini mengajarkan berpakaian yang pantas untuk menghargai raga.
Busana adalah salah satu sarana untuk menunjukkan identitas seseorang. Kesan dan penilaian pertama saat berjumpa seseorang tentu tidak terlepas dari pakaian dan penampilan luarnya.
Lalu bagaimana Islam memberikan tuntunan tentang etika berpakaian?
Dalam kitab Al-Majalis as-Saniyah Syarah al-Arba’in an-Nawawiyyah (hal. 8), saat menjelaskan hadis tentang malaikat Jibril a.s. yang mendatangi Rasulullah saw. dalam bentuk manusia berpenampilan bagus dengan baju putih bersih dan rambut hitam legam, Syaikh Ahmad bin Al-Hijazi berkata:
يستفاد من طلوعه على تلك الهيئة الحسنة استحباب تجمل لطلب العلم والقدوم على الغير
“Dari kemunculan Jibril a.s. dengan penampilan yang sangat baik itu, bisa diambil pelajaran tentang kesunahan berdandan untuk mencari ilmu dan berkunjung pada orang lain.”
Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa hukum berdandan dengan baik adalah sunah demi memberi penghormatan yang layak pada diri sendiri dan orang lain.
Namun demikian, busana yang baik bukanlah tujuan akhir dari pengembaraan hijrah seorang muslim. Indahnya pakaian tidak akan memiliki faedah yang berarti jika tidak disertai indah perangai.
Oleh karena itu, dalam kelanjutan keterangannya, Syaikh Ahmad bin Al-Hijazi mengutip kata-kata Imam Hasan al-Bashri (w. 110 H/728 M):
و قيل إن الحسن جذب فرقد فأخذ بكسائه و قال له يا فرقد يا فريقد يابن ام فريقد أن البر ليس في لبس هذا الكساء انما البر وقر في الصدور وصدقه العمل
“Diceritakan bahwa Imam Hasan al-Bashri menarik Farqad (al-Sabakhi, red. wafat 729 M) dan mengambil selendangnya lalu berkata: ‘Hai Farqad, kebaikan tidak terletak pada memakai selendang (lusuh) ini, akan tetapi ia terpatri di dalam dada dan secara konsisten ditunjukkan oleh tingkah laku.’”
Dari pemaparan di atas tersebut, dengan jelas bisa dipahami bahwa Islam menganjurkan berpenampilan pantas dan tidak menganjurkan berpakaian lusuh tanpa tujuan yang jelas. Namun, lebih dari itu semua, tingkah laku baik adalah inti dari segalanya.
Wallahu A’lam.
Editor: Rozaaq Imam. Alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, tinggal di Ponpes Tengginah, Ambunten, Sumenep dan aktif pada kegiatan bahtsul masail di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) Kab. Sumenep, Jatim.