Home Kebangsaan Memperkokoh Aswaja Merawat Bhinneka

Memperkokoh Aswaja Merawat Bhinneka

0
merawat bhinneka

Mengikuti Jejak Ulama dan Taat Asas dalam Ber-NU:
Memperkokoh Aswaja Merawat Bhinneka

KH. Marzuki Mustamar
dalam Halaqoh Kebangsaan di Pondok MIA Tulungagung
pada Sabtu, 12 Agustus 2017

Kyai Marzuki Mustamar yang menjadi pembicara kedua setelah Dr. KH. Robihin Emhas, MH (Ketua PBNU bidang hukum) dalam Halaqoh Kebangsaan di Pondok MIA pada Sabtu, 12 Agustus 2017 menyampaikan bahwa ”isu yang dihembuskan oleh orang Malang tetangga beliau sendiri tentang tuduhan kepada KH. Said Aqil Sirajd, dengan fitnah bahwa Kyai Said menjadi makelar tanah Seminari yang awalnya milik H. Muslimin dan sekarang menjadi milik Kristen, ini pertama kali muncul pada waktu sebelum Muktamar Makasar.

Tabayun Kyai Said di Lirboyo

Saat itu, Kyai Said dipanggil pihak Lirboyo selaku almamater Kyai Said untuk tabayun. Hasil tabayun adalah, tidak benar Kyai Said menjadi makelar tanah Seminari di Malang, karena transaksi tanah Seminari di Malang terjadi pada tahun 1982 dan Kyai Said kembali ke Indonesia diajak Gus Dur pada tahun 1994. Selain itu, pembeli tanah dari H. Muslimin adalah seorang Haji dari Lumajang dengan alasan akan dibangun SMP, lha padahal Haji dari Pasuruan ini memang orang yang disuruh oleh pihak Seminari untuk membeli tanah tersebut yang nantinya akan diperuntukkan pembangunan Seminari. Hal ini dilakukan karena Haji Muslimin sang pemilik tanah tidak mau menjual tanah jika dibeli orang Kristen.

Saat tabayun di Lirboyo, Kyai Said menjelaskan semua tuduhan yang dialamatkan kepada Kyai Said di hadapan Mbah Idris, Mbah Anwar Mansur, Gus Imam dan Masyayikh Lirboyo lainnya. Mulai tuduhan Syi’ah, tuduhan makelar Seminari, tuduhan liberal, tuduhan antek Wahabi, semuanya dijelaskan dihadapan para masyayikh Lirboyo saat itu, dan clear bahwa tuduhan itu adalah fitnah yang keji. Saiki aku tak tekon sampean kabeh (Kyai Marzuki mengajak dialog para hadirin), Kalau guru-guru Kyai Said wis ridho, wis iso nompo penjelasane Kyai Said, njur sampean kabeh sing dudu guru lan dudu sopo-sopo kok gak percoyo Kyai Said, opo sampean luwih alim dari Mbah Idris Lirboyo? Luwih pinter dari para masyayikh Lirboyo? yen sampean luwih pinter lan luwih alim, yo sak karepmu (pungkas Kyai Marzuki).

NUnya Mbah Hasyim ?

Saiki masalah NU, banyak orang yang bilang ”Saya NU nya mbah Hasyim yang lurus, bukan NU ala Gus Dur yang liberal, bukan pula NU yang dipimpin Kyai Said”, Sing muni ngunu iku mesti wong gak faham. Muktamar 33 di Jombang yang oleh Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) secara de facto dan de jurro menyatakan Kyai Said dan Kyai Ma’ruf Amin adalah Ketua Umum dan Rois Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’. AHWA kui sopo wae? Ada Mbah Maimun Zubair Sarang, Kyai Ma’ruf Amin Jakarta, Kyai Nawawi Abdul Jalil Sidogiri Pasuruan, Kyai Mas Subadar Pasuruan, Tuan Guru Turmudzi NTB, Kyai Maktum Hanan Cirebon, Kyai Ali Akbar Marbun Medan, Kyai Dimyati Rois Jawa Tengah, dan Kyai Kholilurrahman Kalimantan Barat. Semuanya sudah ACC bahwa Rais Aam dan Ketua PBNU periode 2015-2020 adalah Kyai Ma’ruf Amin dan Kyai Said Aqil Sirajd. Lha, opo sing ngomong ”Saya NU Asli Ala Mbah Hasyim bukan NU ala Gus Dur” kui luwih ngalim tinimbang mbah Maimun Zubair? Luwih ngalim dari mbah Nawawi Abdul Jalil Pondok Sidogiri Pasuruan? dan lebih ngalim dari para anggota AHWA yang sudah menetapkan PBNU yang Syah? Sak karepmu wis.

Kemudian, kalau ada alumni Lirboyo. alumni Sidogiri atau alumni pondok manapun yang tidak percaya pada Kyainya, gurunya, sampean delok nek kitab ngumaryotho (sebutan ngumaryotho adalah sindiran Kyai Marzuki kepada yang ngaku ustadz tapi gak bisa baca kitab gundul sehingga tulisan arab yang harusnya dibaca Imrithi malah dibaca ngumaryotho) nadhoman unine “idzil fata hasba’ tiqoodihi rufi’, wa kullu man lam ya’taqid lam yantafi’” (setiap murid yang punya cita-cita tinggi tapi kok gak punya keyakinan pada gurunya, maka murid tersebut tidak akan mendapat ilmu manfaat”.

Baca Juga: Islam: Mensyukuri Kemerdekaan

Dadi santri kok suudzon dengan gurunya, ya susah mendapat kemanfaatan. Oleh karenanya, mari kita husnudzon kepada para Kyai-Kyai kita, lha kalau gak bisa, gak ngalim, apalagi bukan ahli ibadah, lebih baik diam, jangan kebanyakan tanya dan ngritisi tanpa nandhangi gawean. Jelas semuanya? (tanya Kyai Marzuki kepada hadirin).

KH Marzuki Mustamar

Gus Dur Liberal, antek Asing ?

Sak iki masalah Gus Dur, kalau ada yang bilang Gus Dur liberal, Gusdur antek Asing, iku mesti wong sing durung teko pikirane. Gus Dur kontroversi, betul. Tapi kontroversi tersebut adalah siasat, taktik, strategi untuk mencapai tujuan kemaslahatan dan mengurangi kemadharatan. Lha kok gak seperti mbah Hasyim? karena situasi dan zaman yang berbeda, maka butuh taktik dan strategi yang berbeda pula. Misalnya, Gus Dur berpelukan dengan Romo Mangun Jogja, seorang misionaris handal. Menurut Kyai Mahfudz Jogja, rangkulan Gus Dur dengan Romo Mangun adalah untuk mengurangi gerakan Kristenisasi di Jogja. Lha kok bisa? ya bisa saja. Kalau Gus Dur akrab dan dekat dengan Romo Mangun, pastilah saat kegiatan sosial, bagi sembako, pengobatan, pastilah sang Romo ngajak Gus Dur. Lha saat kegiatan bateng Gus Dur, sang Romo Mangun gak berani melakukan dan menjalankan misi Kristenisasi seperti biasa. Inilah cerdasnya Gus Dur.

Trus masalah Gus Dur meresmikan Kong Hu Cu dan Tahun baru Imlek sebagai agama sah orang China serta Imlek sebagai libur nasional. Sesungguhnya, ini adalah taktik dan strategi Gus Dur untuk membebaskan Muslim di China untuk bebas menjalankan agama Islam dan bisa melaksanakan Haji ke Baitullah. Karena sebelumnya, seluruh muslim yang ada di China ditekan dan diawasi serta dilarang menjalankan kegiatan beragama, termasuk larangan berhaji. Alhamdulillah, Marzuki menjadi saksi pada tahun 2000 untuk pertama kali ada jama’ah haji dari China, setelah Gus Dur melakukan lobi dan negoisasi dengan perdana menteri China saat Gus Dur menjabat Presiden RI. Genah ora? tanya Kyai Marzuki kepada para hadirin yang disambut tepuk tangan dan shalawat nabi.

Gus Dur iku, lek wulan poso ngaji kitab Hikam, Fathul Mungin yo nglonthok, Thariqohe Syadziliyah, wiridan yo sregep, Tirakate luar biasa, Ahlussunnah wal Jama’ah Asy’ariyah wal Maturidiyah, Hizbnya juga Josh, NU patlikur karat. Ora ono bedane dengan Abahe K.H Wahid Hasyim, pun pula gak ada nylewengnya dengan NU yang di dirikan mbah Hasyim Asy’ari. Sampean rungokne, Gus Dur iku, cucu laki-laki pertama dari anak pertama. Sampean pikir lan mbayangke “kepriye tresnane simbah maring putu lanang dari anak pertama sing pinter sisan”. Saya yaqin, Gus Dur pasti ada di hati kakeknya. Dadi lek ono sing wani-wani ngino Gus Dur, iku podo ngino mbah Hasyim. Paham blok? blok lor blok kidul.

Strategi Menghancurkan NU

Lha njur kok ada yang bilang NU ala Mbah Hasyim bukan NU ala Gus Dur bukan pula NU Kyai Said. Ini sebenarnya adalah strategi kelompok di luar NU untuk memecah NU dan menghancurkan NU.

Mangkane dulur, monggo kito husnudzan kalian Kyai kito, lek sampean bingung, tekon, lek gak bisa ya diam, gak usah kokean omongan. Ingat cerita nabi Musa yang banyak bertanya saat mengikuti nabi Hidr untuk belajar kepada nabi Hidr. Gara-gara kebanyakan bertanya, nabi Musa harus berpisah dengan Hidr A.S.

Kalau ditanyakan bagaimana cara meyakini kebenaran pendapat para Kyai kita? Caranya adalah dengan menghormati dan mengikuti dawuh-dawuhnya. Ojo sampek ono crito, warga NU luwih percaya dengan orang diluar NU. Jangan pula orang NU justru separuh Wahabi utowo ISIS.

Siapa itu Wahabi ?

Sopo kui Wahabi? Di dalam kitab An Nushus al Islamiah al Rad ‘ala Madzhabil Wahabiyyah Karya Kyai Faqih bin Abdul Jabbar Maskumambang Gresik Wakil Rais Akbar dan Pendiri NU. Dalam kitab ini juga ada tulisan Mbah Maimun Zubair dan Kyai Aziz Mashuri Denanyar. Disana dijelaskan siapa itu Wahabi

” وقد اعد هذه الفرقة اعداء الاسلام واطلقوا عليها الحركة السلفية لتحارب الاسلام باسم الاسلام. اما شيخهم محمد ابن عبد الهاب فقد تخرج على يد جاسوس المستعمرات البريطانية جيفري همفر”

Dan musuh-musuh Islam telah mempersiapkan sebuah sekte/firqah yang diberi nama gerakan kelompok salafi dengan maksud dan tujuan untuk memerangi dan menghancurkan Islam menggunakan nama Islam. Adapun pendiri Wahabi yang juga disebut salafi adalah Muhammad bin Abdul Wahab yang telah berlutut dibawah kendali intelijen tentara Britania (CIA) yang bernama Jefri Hampher. Jadi musuh-musuh Islam sengaja menghancurkan Islam dengan nama dan sebutan Islam juga. Podo karo arep menghancurkan NU dengan nama NU juga, makane ono NU garis-garisan kui, sing kemana-mana selalu nggaris kancane.

Baca Juga: Tafsir Ayat-Ayat ‘Tegas’ Terhadap Non Muslim Dalam Konteks Keindonesiaan

Hamba yang Dibenci Allah

Kadang juga, akeh wong NU sing kapusan karo pakaian sing digawe ”Serbane gedhe, gamisan klimis, lek ngomong sitik-sitik “kher-kher, alhamdulillah” ternyata akhir-akhirane ngajak musuhi tokoh NU, ragu dengan amaliyah NU, ragu dengan Kyai, karena kyai gak ngarab-ngarab blas, mung tampilane yo sarungan, irunge yo gak mbangir, bajune pakai hem, kopyahan ireng. Sampean eling-eling

” ابغض العباد الى الله من كان ثوباه خيرا من عمله أن تكون ثيابه ثياب الانبياء و عمله عمل الجبارين”

Hamba yang paling dibenci oleh Allah adalah hamba yang pakaiannya lebih baik daripada amalnya, artinya penampilannya ala nabi tapi amal perbuatannya bagai perbuatan orang” yang keji bengis. Hormat Habib iya, ta’dzim Kyai juga harus. Senajan jenenge Paijo lek memang ‘alim, lan nglonthok kitab kuning, akhlaqe luhur terpuji, iku wajib dihormati ketimbang sing jenenge ndek KTP Hadrotus syekh bin syekh as Syekh. tapi gak iso moco kitab kuning lan gak gelem ngaji lan gak gelem ngamalne ajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Dahulu Kyai Ahmad Sidiq, Kyai As’ad menjadi garda depan yang menyatakan bahwa Pancasila adalah azas tunggal Negara Kesatuan Republik Indonesia. Alasanya jelas, bahwa antara Pancasila dan al qur’an tidak bertentangan dan tidak perlu dipertentangkan. keduanya bukan harus memilih salah satu, tapi keduanya bisa dijalankan bersama.

KH Marzuki Mustamar

Cerminan Pancasila ada di Tahlilan

Mbah Yasin Yusuf Blitar, Mubaligh NU di Istana jaman Pak Karno menyampaikan bahwa: Cerminan Pancasila ada pada tradisi NU yang bernama Tahlilan.

1. Lafadz Tahlil “Laa ilaaha illallah” Qulhuwallahu Ahad itu adalah cerminan Hablum minallah yang dalam Pancasila ”Ketuhanan yang Maha Esa”.

2. Sila Kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab” (Hablum minannas) Jajal sampean delok, sing teko nek tahlil iku kabeh mesti beradab, mboten enten tiyang dugi tahlil simpakan tok.

3. Persatuan Indonesia (bersatu dalam Bhinneka Tunggal Ika) Tahlil juga demikian, tidak membedakan siapa yang diundang, yang swasta, yang pegawai, santri, kyai, bahkan Kristen pun kalau mau datang ya gak apa-apa.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat dalam permusyawaratan perwakilan. Imam gak pakai voting, senajan muda, kalau memang disepakati ya layak jadi Imam.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Di dalam Tahlilan juga demikian, sing iso moco, sing mung turu, sing moco ikhlas, sing pejabat, rakyat, olehe podo. gak ada pembedaan.

Jadi, Pancasila sebagai Azas tunggal itu sudah final sejak Mbah Hasyim dulu, yang kemudian pada zaman pak Harto diwajibkan bagi semua organisasi massa atau organisasi partai politik di Indonesia, dan yang pertama kali menerima Pancasila sebagai Azas tunggal secara lahir bathin ya Nahdlatul Ulama’ yang dipaparkan oleh Kyai Ahmad Shiddiq.

Jadi kalau ada yang bilang bahwa Pancasila dan UUD 1945 adalah Thoghut dan Khilafah adalah yang Sah, bahkan bendera rosul bukan merah putih, tapi warna hitam dan bertuliskan “La ilaaha illallah Muhammadurrosulullah”. Iki kudu dijelaske siji-siji:

Pancasila dan UUD 1945 iku kesepakatan yang lahir dari bangsa Indonesia setelah menggali nilai-nilai luhur budaya dan adat istiadat serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Sekarang saya tanya, HTI, PKS, Saudi Arabia sekali pun, dalam hal menata managemennya, apakah tidak menggunakan kesepakatan? jajal wacanen AD/ART HTI, PKS, bahkan aturan masuk bandara Saudi, apakah bukan kesepakatan? njur sing kesepakatan Indonesia lapo di thoghut-thoghutno?

Baca Juga: Hormat Bendera Syirik ! Benarkah ?

Kalimat Tauhid di Bendera dan Syariat Islam

Saiki masalah bendera, ono sing usul merah putih ditambah kalimat tauhid, bagi NU, kalimat tauhid sudah biasa diucap saat wiridan setelah sholat dan saat tahlilan, bahkan ditancapkan di hati gak perlu di kibar-kibarno. lha kalau ditanya” kan lebih bagus ditampakkan untuk syi’ar Islam”? lha…..ini yang disebut “Kalimatul haq urida biha al bathil” kalimatnya betul tapi tujuannya salah. Ingat para hadirin, Indonesia iku dudu mung Jawa, ada Bali yang mayoritas Hindu, Papua yang mayoritas Kristen, jajale umpama Mbah Hasyim tidak menjelaskan kepada K.H Wachid Hasyim bahwa menghapuskan kalimat “Beserta Kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi Pemeluknya” adalah hakikat kemenangan umat Islam, karena justru dengan menghapus kalimat tersebut, Islam bisa berkembang di Bali, Papua, dan Keutuhan Indonesia bagi Mbah Hasyim dan ulama’ Nusantara lebih penting dari pada mempertahankan argumen dan ego sectoral serta kepuasan sesaat. Dan ini terbukti hari ini, kalau gak percaya, silahkan coba berdakwah ke Timor Leste, sulit para hadirin, karena sudah bukan bagian Indonesia. Justru dengan konsep Pancasila dan UUD 1945 di Papua hari ini ada Pondok alumni Lirboyo, pondok alumni Tebuireng, bahkan di Jayapura hari jadinya digelar Sholawatan dan yang ngaji Marzuki. (disambut gelak tawa dan riuh tepuk tangan hadirin).

Kadang kita itu lupa punya masalah di kaki ada asam urat, di mata ada kadar gula yang tinggi, serta punya hipertensi, tapi gara-gara nuruti keinginan lambe (mulut) krono pingin njajal gulai Kambing, Sate, Es Podheng, akhire malah sikile diamputasi. ini ibarat, andaikan kita njajal penerapan Syari’ah Islam di Indonesia. Karena Indonesia terdiri dari suku bangsa dan bahasa yang heterogen yang disebut Bhineka Tunggal Ika. Oleh karenanya jika ada yang ngomong penegakan Syariat Islam, justru iku ngono sak jane arep menghancurkan Indonesia. Yo podo dengan Wahabi “Memerangi Islam dengan nama Islam”. Njajal ISIS sing jarene arep adeg negara Islam sing genderone ireng ditulisi Kalimat tauhid iku, Pernah gak mateni tentara Israil? gak pernah. karena apa? mereka bersekutu. Kalau membunuh orang Islam? selalu dan pasti. iku ngunu kabar TV Al Jazeerah.

Baca juga: Isu Pengembalian Frasa “Orang Indonesia Asli” di UUD 1945

Monggo dulur, ojo sampek metu soko NU, dadi Santri nderek Kyai, NU sampai mati. Karena NU tidak pernah ingkar sunnah dan NU nderek sawaadul a’dzhom (kelompok mayoritas). al faatihah.(Din).

Keterangan:
1. Ditulis ulang oleh: Nuruddin (Lakpesdam PCNU Tulung Agung)
2. Ditashih oleh KH. Bagus Ahmadi (Pengasuh PP MIA Tulungagung)