Home Akhlak Keutamaan Orang-Orang yang Bekerja

Keutamaan Orang-Orang yang Bekerja

0
Keutamaan orang-orang yang bekerja

Di dalam banyak hadis, jika kita cermat, Rasulullah saw. menyebutkan jika keutamaan mencari perkara duniawi, bekerja, tidak kalah dengan keutamaan mencari perkara ukhrawi, ibadah.

Orang-orang yang bekerja, sering kali disebut oleh Rasulullah saw. bersamaan dengan orang yang sedang beribadah. Bahkan, pahalanya setara dengan orang-orang yang berperang di bawah panji agama Islam.

Disebutkan dalam satu hadis dari Abu Hurairah

عن أبي هُريرةَ ؛ قالَ : بَيْنَا نحنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ _ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ _ ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا شَابٌّ منَ الثَنِيَّةِ ، فَلَمَّا رَمَيْنَاهُ بِأَبْصَارِنَا ، قُلْنَا : لَوْ أنَّ ذَا الشَّابَّ جَعَلَ نَشَاطَهُ وَشَبَابَهُ وقوَّتَهُ في سَبِيلِ اللَّهِ ، فَسَمِعَ مَقَالَتَنَا رَسُولُ اللَّهِ _ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ _ ؛ فقالَ : ” ومَا سَبِيلُ اللَّهِ إلاَّ منْ قُتِلَ ؟ ، مَنْ سَعَى عَلَى وَالِدَيْهِ ؛ فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ ، ومَنْ سَعَى عَلَى عِيَالِهِ ؛ فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ ، ومَنْ سَعَى مُكَاثِراً ؛ فَفِي سَبِيلِ الشَّيطَانِ ”

Suatu ketika, kami bersama Rasulullah saw. Tiba-tiba, datang seorang pemuda dari celah gunung. Kami dengan heran memandangnya, lalu kami berkata, “Sayang sekali. Andai saja pemuda itu menggunakan ketangkasan, masa muda, dan kekuatannya untuk berjihad di jalan Allah.” Lalu kami mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Apa kalian kira berjihad di jalan Allah hanyalah mereka yang mati dalam peperangan? Setiap orang yang bekerja untuk kedua orang tuanya, sungguh dia sedang berjihad di jalan Allah. Setiap orang yang bekerja untuk keluarganya, sungguh dia sedang berjihad di jalan Allah. Dan setiap orang yang bekerja hanya untuk memperkaya diri, sungguh dia sedang berjuang di jalan syaithan.”

Di dalam hadis di atas, Rasulullah saw. membantah pandangan para sahabatnya tentang jihad di jalan Allah. Bagi Rasulullah saw., setiap perjuangan yang dilandasi dengan tanggung jawab yang besar, ia pantas disejajarkan dengan jihad fi sabilillah. Termasuk mencari nafkah demi menghidupi orang-orang terdekatnya.

Orang yang Berharta Setara dengan Orang yang ‘Alim

Di dalam hadis lain, Rasulullah saw. menyebut orang-orang yang mempunyai harta bersamaan dengan penyebutan orang-orang yang ‘alim, memiliki ilmu.

Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan satu hadis berikut

لَا حَسَدَ إلَّا فِيْ اثْنَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ على هَلَكَتِهِ فِيْ الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِيْ بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

Tidak ada sifat dengki yang halal, kecuali pada dua hal: Pertama, kepada seseorang yang kaya yang menggunakan hartanya demi kebaikan; dan seseorang yang alim yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya.

Dua hadis di atas menjadi dasar yang baik bagi orang-orang yang hendak mencari pekerjaan, atau ingin meningkatkan kualitas pekerjaannya. Karena jaminan Rasulullah saw. di atas, berlaku bagi mereka yang benar-benar mendedikasikan pekerjaannya untuk menghidupi orang-orang terdekatnya. Bukan bagi mereka yang hanya ingin menumpuk kekayaan semata.

Ada banyak sekali cara untuk mendapatkan pengetahuan sebagai langkah improvement kemampuan bekerja. Bisa lewat balai-balai latihan kerja, mengikuti workshop, atau tempat pelatihan prakerja secara online.

Teknologi, internet, dan media sosial memudahkan segalanya. Termasuk, untuk mendapatkan pengetahuan dan peningkatan kemampuan bekerja. Tinggal pantau social media Skill Academy, kita akan tahu kelas apa aja yang dipromosikan setiap harinya. Dan kita tinggal pilih mana yang sesuai dengan kadar kemampuan kita.

Bahkan Para Nabi pun Bekerja

Aktivitas bekerja, mencari penghidupan dunia, bagi orang-orang muslim, adalah perkara yang sangat penting. Ini tergambar dari bagaimana Syaikh Syaraf ad-Din an-Nawawi menulis bab khusus tentang pekerjaan di kitab hadisnya, Riyad as-Shalihin.

Di awal bab, ia menyebutkan satu hadis sahih yang diriwayatkan imam Bukhari dan Muslim.

لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حَزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيْهِ أَوْ يَمْنَعَهُ

“Sungguh, seseorang yang memikul seikat kayu bakar di punggungnya, itu lebih baik dari orang yang meminta harta pada orang lain, entah diberi atau diabaikan.”

Karenanya, semua orang mulia, bahkan para Nabi, lebih memilih hidup sehari-hari dengan menggunakan harta yang mereka dapat dari pekerjaan mereka. Bukan dari pemberian dan belas kasih orang lain.

كَانَ دَاوُدُ عَلَيْهِ السَّلَام لَا يَأْكُلُ اِلَّا مِنْ عَمَلِ يَدَيْهِ

“Sungguh Nabi Dawud a.s., tidak makan kecuali dari hasil pekerjaannya.” (HR. Bukhari)

كَانَ زَكَرِيَّا عَلَيْهِ السَّلَامِ نَجَّارًا

“Sungguh Nabi Zakaria a.s. adalah seorang tukang kayu.” (HR. Muslim)

Maka tidak ada alasan bagi kita untuk bermalas-malasan dalam bekerja. Apalagi, ada orang-orang yang kehidupannya berada di bawah tanggung jawab kita.

Wallahu a’lam.