Home Tokoh Yuk Ngaji Sahih Bukhari! Inilah Fakta-Fakta Menarik dari Sahih Al-Bukhari dan Penulisnya...

Yuk Ngaji Sahih Bukhari! Inilah Fakta-Fakta Menarik dari Sahih Al-Bukhari dan Penulisnya (Bagian Ketiga)

0

Tokoh Utama Hadis dan Kajian Hadis, Namun Tetap Bermazhab Secara Fikih

Meski popularitas Imam Bukhari tak diragukan lagi, kehebatannya pun sundul langit dalam ilmu keislaman terutama Al-Jarh wa At-Ta’dil (ilmu yang membahas patut atau tidaknya seorang rawi meriwayatkan hadis), siapa sangka Imam Bukhari ternyata tidak dengan sembrono mengamalkan ajaran Islam. Imam Bukhari taqlid dan memasrahkan amalan syariatnya pada teori imam mazhab. Ya, Imam Bukhari bermazhab secara fikih!

Lalu mazhab siapa yang diikuti Imam Bukhari dalam amaliah fikihnya?

Mari kita menyimak penjelas Al-‘Asqalani dalam Fathul Bari Juz 1, halaman 243:

أن البخاري في جميع ما يورده من تفسير الغريب إنما ينقله عن أهل ذلك الفن كأبي عبيدة والنضر بن شميل والفراء وغيرهم وأما المباحث الفقهيه فغالبها مستمدة من الشافعي وأبي عبيد وأمثالهما وأما المسائل الكلامية فأكثرها من الكرابيسي وابن كلاب ونحوهما

“Sesungguhnya Imam Al-Bukhari menyajikan Tafsir Al-Gharib (penafsiran ayat Al-Qur’an yang rumit) dengan mengutip hanya dari pakar disiplin ilmu tersebut seperti Abu Ubaydah, An-Nadhr bin Syamīl dan Imam Al-Farrā’ dan lainnya. Adapun dalam pembahasan fikih ia sebagian besar mengambil dari Imam Syafi’i, Abu Ubayd dan lain sebagainya. Sementara setiap urusan kalāmiyah (ilmu tauhid) kebanyakan diambilkan dari (teori) Al-Karābisi (yang ini murid Imam Syafi’i), juga Ibnu Kilāb dan yang setingkat dengan keduanya.”

Dapat disimpulkan bahwa Imam Bukhari bukanlah ilmuwan yang pakar di semua lini kelilmuan. Buktinya, penguasaannya terhadap kajian hadis tidak lantas membuatnya jumawa dan enggan untuk mengambil teori dari ulama di atasnya. Beliau dalam tafsir yang rumit tetap mengikuti pendapat para pakar di atasnya. Begitu halnya dalam urusan fikih dan ilmu tauhid. Itu memberikan pemahaman bahwa urusan syariat agama harus dipasrahkan pada ahlinya.

Imam Bukhari yang menjadi imam dalam hal hadis Nabi saja bermazhab pada ulama terdahulu, masa sih kita generasi muda yang bukan ahli hadis tidak mau bermazhab? Alamak, sudah seberapa alim memangnya?

Satu hal penting dalam hal ini juga layak diketahui, Imam Syafi’i lahir pada tahun 150 H, sementara Imam Bukhari lahir pada tahun 194. Cukup mungkin memperkirakan bahwa teori-teori As-Syafii telah menyebar luas kala Imam Bukhari naik daun, maka dari itulah Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mengatakan bahwa Imam Bukhari mengambil mazhab fikih salah satunya dari Imam Syafi’i. Sementara menurut Ibnu Al-Jauzi dalam I’lām Al-Mūqi’ìn ‘an Rabb Al-‘Alālamīn, bahwa Imam Bukhari bermazhab pada Imam Ahmad bin Hanbal. Namu perbedaan tersebut tidak menafikan fakta bahwa Imam Bukhari dalam fikihnya bermazhab pada salah satu Imam mazhab.

Maka termasuk aneh bin ajaib bila ada orang berpegang dengan hadis Sahih Bukhari tapi tidak mau ikut bermazhab.

Kepandaian Imam Bukhari, Bikin Bingung Gurunya

Dikatakan bahwa Imam Bukhari menghafal sesuatu hanya sekali saja, dan itulah level tertinggi kecerdasan. Bahkan gurunya yang bernama Muhammad bin Salam suatu kali pernah berkata:

كلما دخل علي هذا الصبي تحيرت، والتبس علي أمري، ولا أزال خائفا

“Bocah kecil ini (Imam Bukhari maksudnya) kalau masuk kelasku maka aku jadi kebingungan dan materi-materiku kacau dan aku senantiasa khawatir (olehnya).”

Wafat di Malam Idul Fitri

Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani berkata:

بلغنا أن البخاري نزل قرية خرتنك على فرسخين من سمرقند، فنزل على غالب بن جبريل، فمرض واشتد مرضه، ثم أراد الركوب فعجز، فقال: فقد ضعفت. فدعا بدعوات ثم اضطجع، فقضي رحمه الله تعالى وسال منه عرق عظيم. قال مهيب بن سليم: مات البخاري عندنا ليلة عيد الفطر من سنة ست وخمسين ومئتين، وقد بلغ اثنين وستين سنة.

“Telah sampai pada kami bahwasanya Imam Bukhari tinggal di daerah Khartank jarak sekitar dua farsakh (-+ 11 km) dari daerah Samarkand. Beliau tinggal di kediaman Ghalib bin Jibril lalu menderita sakit parah hingga untuk naik kendaraan pun kesulitan. “Aku sudah lemah” kata Imam Bukhari, lalu beliau memanjatkan doa-doa dan lanjut tidur memiringkan badan. Tak berselang lama sang Imam rahimahullāh dipeluk ke haribaan Allah swt dalam keadaan sangat berkeringat. Muhaib bin Salim berkata: wafatnya Imam Bukhari di sisi kami terjadi pada malam Idul Fitri pada tahun 256 Hijriyah dalam usia 62 tahun.”

Innalillāhi wainnā ilaihi rāji’ūn….

Untuk Imam Bukhari Al-Fātihah…

Wallahu a’lam.

Selesai.

Referensi:

  1. Hadyu As-Sari Muqaddimah Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, hal. 35-45.
  2. Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, Juz 1, hal. 243.

Oleh: Muhammad Ulil Abshor, santri PIP Tremas Pacitan, PP Fathul ‘Ulum Kwagean, Mahasiswa IIQ An-Nur Yogyakarta