Home Akhlak Selama Ini Kita Berbela Sungkawa dengan Cara yang Tidak Benar-Benar Amat

Selama Ini Kita Berbela Sungkawa dengan Cara yang Tidak Benar-Benar Amat

0
Syarat Diterimanya Amal Ibadah Kita

Masyarakat muslim umumnya menyampaikan ucapan bela sungkawa dengan bacaan “semoga husnul khatimah.”

Terutama, di musim pandemi ini banyak yang pergi meninggalkan kita, hampir setiap kali membuka ponsel, kita melihat pemberitahuan kabar duka dengan ucapan “innalillahi …”, “telah meninggal …”, dan semacamnya.

Ucapan-ucapan demikian ini mungkin benar. Tetapi tidak sepenuhnya benar. 

Ada beberapa kalimat di dalam kitab Hasyiah an-Nabrawi yang mengoreksi ucapan demikian. Kalimat itu tertulis di saat pengarang, Abdullah bin Muhammad An Nabrawi, menuliskan penutup dari kitab yang dikarangnya itu

‎إذا رضيت عني كرام عشيرتي فلا زال غضباناً علي لئامها

Jika orang-orang mulia dari kaumku ridha kepadaku, maka orang-orang tercela dari mereka selalu memusuhiku.

‎فإن ظفرت بفائدة شاردة فادع لي بحسن الخاتمة

Saat kau menemukan faedah yang hanya ditemui di kitab itu, maka doakanlah aku agar husnul khatimah.

Baca juga: Karena Adzan Dosa pun Terampuni

Penjelasan mengenai kalimat di baris kedua ini dapat disimak di dalam teks arab berikut.

‎فإن ظفرت)، أي : أيها المطلع على هذا المؤلف الذي تأتى منك الظفر بما ذكر بعد، وقوله : (شاردة)، أي : ليست موجودة في غير هذا المؤلف بحسب رأيك، ويحتمل أن يكون المراد بشرودها عظم موقعها ، فتأمل

 وقوله : (فادع لي بحسن الخاتمة)، أي : مكافأة لا حالي إليك بذكر هذه الفائدة في هذا المؤلف ، وفي الحديث من أسدى إلـيـكـم معروفا، فكافئوه، فإن لم تكافئوه، فادعوا له ، وخص الدعاء بحسن الخاتمة، لأن حسنها بالموت على الإيمان أهم ما يشتغل به العاقل، وفيه أن الخطاب في قوله : (فإن ظفرت . . . إلخ)، شامل لمن جاء بعده، ولا معنى للدعاء بحسن الخاتمة بعد الموت، وإنما المناسب بعده الدعاء بنحو مغفرة الذنوب، فلو حذف متعلق الدعاء لكان أوفى وأعم، ويكون المعنى حينئذ فادع لي بحسن الخاتمة وبغيرها ما دمت حيا ، وبعد موتي فادع لي بخير من كل ما فيه نفع أخروي لي، فليتأمل،

Singkatnya, penyampaian ucapan “semoga husnul khatimah” ini seharusnya ditujukan untuk orang yang belum meninggal. Adapun untuk orang yang sudah meninggal, baiknya diucapkan doa agar ia mendapat ampunan atas dosa-dosanya (maghfiratu adz-dzunub). Juga, diucapkan doa-doa yang yang bermanfaat untuk kebutuhan ukhrawi, untuk kehidupan akhiratnya.

Jadi, sudah selayaknya kita mengerti, bahwa yang perlu didoakan husnul khatimah itu bukan yang sudah meninggal. Tetapi justru kita-kita sendiri, yang belum meninggal ini, yang masih ‘mengantre’ ini, yang membutuhkan doa tersebut.

Yang sudah pergi meninggalkan kita, akan lebih sesuai jika didoakan agar diampuni dosa-dosanya, ditempatkan di surga paling tinggi, dan semacamnya.

Mungkin mendoakan husnul khatimah tersebut maksudnya baik. Berharap orang-orang yang kita cintai wafat dalam keadaan husnul khatimah. Akan tetapi, akan lebih tepat bila mereka didoakan dengan doa yang bermanfaat dan sesuai dengan keadaan mereka. Orang yang sudah meninggal, lebih membutuhkan doa agar dosa-dosanya diampuni, derajatnya di sisi Allah ditinggikan, dan seterusnya.

Sumber: konten feed instagram @imkafa

Penulis: Abdurrahman Kafabihi. Ketua Lajnah Bahtsul Masail Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri.