Istilah Rajab Mudlar terdapat dalam salah satu hadis sahih yang diriwayatkan imam Muslim. Rasulullah saw. menyebutkan istilah ini bersamaan dengan tiga bulan lain, yang lebih utama dari pada delapan bulan lainnya.
عن أبي بكرة عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه قال: إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق الله السموات والأرض السنة اثنا عشر شهرامنها أربعة حرم. ثلاثة متواليات ذو القعدة و ذو الحجة و المحرم و رجب شهر مضر الذي بين جمادى و شعبان. اه
Dari Abi Bakrah, dari Nabi saw., beliau bersabda, “Sungguh zaman berputar sebagaimana keadaan hari ketika Allah menciptakan langit dan bumi selama setahun, yakni dua belas bulan. Di antara dua belas itu ada empat bulan mulia. Tiga bulan yang berturut-turut: Dzulqadah; Dzulhijjah; Muharram, dan bulan Rajab: bulannya Mudlar yang berada di antara bulan Jumada dan bulan Sya’ban.”
Bulan Rajab adalah satu dari empat bulan yang paling mulia di antara bulan lainnya. Karenanya, hadis ini sering pula digunakan para ulama untuk menyandarkan keutamaan berpuasa di bulan Rajab. Sebagaimana juga dijadikan sebagai dalil akan keutamaan meningkatkan produktivitas ibadah di bulan Dzulqadah, Dzulhijjah, dan Muharram.
Baca juga: Isyarat Tiga Jari Rasulullah Saw. dan Kaitannya dengan Puasa Bulan Rajab
Hadis ini dapat ditemukan di dalam kitab Shahih-nya imam Muslim di dalam bab Menegaskan Kemuliaan Darah, Tabiat, dan Harta. Selayaknya hadis sahih, kebenarannya tidak perlu diragukan lagi. Namun di dalam teks hadis ini, ada kalimat yang perlu dijelaskan kembali.
Tidak seperti tiga bulan lainnya, penyebutan bulan Rajab diimbuhi dengan kalimat panjang,
رجب شهر مضر الذي بين جمادى و شعبان
“… dan bulan Rajab: bulannya Mudlar yang berada di antara bulan Jumada dan bulan Sya’ban.”
Imam an-Nawawi memiliki keterangan cukup panjang di dalam Syarh Muslimnya mengenai penyebutan Rasulullah saw. terhadap bulan Rajab ini.
Menurutnya, Rasulullah saw. menyebut bulan Rajab dengan spesifik—dengan diikuti kalimat keterangan yang panjang itu—karena beliau ingin memberi penekanan pada hadis beliau. Selain itu, beliau ingin menghilangkan kerancuan nama Rajab yang memang ambigu pada waktu itu.
Ada perbedaan pendapat di tengah bangsa Arab mengenai kapankah bulan Rajab itu sebenarnya. Setidaknya ada dua pendapat yang mencuat. Pendapat pertama dicetuskan bani Rabi’ah. Mereka menganggap bahwa bulan Rajab itu adalah yang sekarang kita sebut sebagai bulan Ramadan.
Sementara bagi bani Mudlar, bulan Rajab adalah bulan Rajab yang kita sebut sekarang ini. Yakni yang berada di antara bulan Jumadal Akhirah dan bulan Sya’ban.
Karena itulah Rasulullah saw. di dalam hadis di atas menggandeng kata ‘bulan Rajab’ dengan kata ‘Mudlar’, untuk menegaskan bulan Rajab mana yang dimaksud oleh beliau.
Menurut Syaikh Abdul Qadir Jailani, penyebutan bulan Rajab secara spesifik itu lebih karena bani Mudlar sangat mengagungkan bulan Rajab. Pengagungan yang mereka lakukan jauh lebih tinggi dari pada yang dilakukan oleh bani lainnya. Pendapat ini beliau catat di dalam kitab Ghunyah-nya. (Abu Bakar bin Muhyi ad-Din, Kunuz adz-Dzahab fi Fadlail Syahr Rajab, hlm. 14-15).
Syeikh Abdul Qodir juga memberi keterangan terkait kalimat “… yang terletak antara bulan Jumada dan bulan Sya’ban”. Menurutnya, kalimat tersebut muncul karena Rasulullah saw. khawatir umat muslim memuliakan Rajab terlalu dini di bulan sebelumnya, atau bahkan terlewat di bulan sesudahnya. Sebagaimana penegasan Rasulullah saw. kala mengharamkan perang di bulan Muharram sampai datangnya bulan Safar. Wallahu a’lam.