Selepas shalat Jumat kemarin (8/5/20) di Masjid Ar Rahman Pagergunung, Penulis didekati oleh KH Nur Bandi selaku sesepuh. Ringkasnya beliau dawuh, agar Penulis ikut peringatan Nuzulul Qur’an sederhana di Masjid pada Sabtu Malam Ahad (9/5). Sebagai anak kemarin sore, Penulis hanya bisa ndereaken dawuh sesepuh, sam’an wa tha’atan.
Meski sedang dalam kondisi pandemi Sars-Cov 2 ditambah hujan belum reda sejak sore, bismillah selepas tarawih pun Penulis berangkat ke masjid untuk ngalap berkah peringatan Nuzulul Qur’an, yang dirangkai dengan pembacaan tahlil, pembacaan Qur’an masing-masing orang per juz, dan ulasan hikmah Nuzulul Qur’an.
Setidaknya ada tiga (3) poin yang Penulis utarakan dalam acara penuh berkah itu:
- Memperingati Nuzulul Qur’an sama halnya dengan meneruskan tradisi baik yang telah diwariskan oleh para sesepuh lintas generasi terdahulu di kampung Penulis: Mbah Kiai Syadzali/Mbah Matari, Kiai Zuhri, Kiai Suryan, Kiai Azhari, dan Kiai Sayono Anwar rekan sezaman Bapak pada masanya kecuali yang disebut pertama.
Ini selaras dengan semangat melestarikan dan mengembangkan good legacy, warisan positif, dalam firman Tuhan:
اِنَّا نَحۡنُ نُحۡىِ الۡمَوۡتٰى وَنَكۡتُبُ مَا قَدَّمُوۡا وَاٰثَارَهُمۡؕ وَكُلَّ شَىۡءٍ اَحۡصَيۡنٰهُ فِىۡۤ اِمَامٍ مُّبِيۡنٍ
“We shall surely raise the dead to life and We record what they did and the traces of their deeds that they have left behind.9 We have encompassed that in a Clear Book.” (Yasin [36]: 12).
- Bila dirunut lebih jauh, memperingati Nuzulul Qur’an pada malam 17 Ramadhan juga berarti mengikuti ulama salaf. Dalam konteks ini adalah Imam Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin as-Sajad bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra binti Rasulullah Saw, yang berpendapat bahwa awal mula diturunkan al-Qur’an kepada Rasulullah Saw adalah pada malam 17 Ramadhan, berdasarkan ayat:
… إِن كُنتُمْ ءَامَنتُم بِٱللَّهِ وَمَآ أَنزَلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا يَوْمَ ٱلْفُرْقَانِ يَوْمَ ٱلْتَقَى ٱلْجَمْعَانِ ۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
” … If you have believed in Allah and in that which We sent down to Our Servant on the day of criterion – the day when the two armies met. And Allah, over all things, is competent.” (Al-Anfal [8]: 41). (Muhammad Ibn ‘Asyur, at-Tahrir wat Tanwir, XXV/278).
- Dalam situasi pandemi Sars-Cov 2 seperti ini, selain merenungi hikmah Nuzulul Qur’an, dari hadirat Allah ke Lauhil Mahfud, dari Lauhil Mahfud ke Baitul ‘Izzah di langit dunia, dan dari Baitul’Izzah ke hati Rasulullah Saw, semestinya kita juga merenungi dan berupaya secara maksimal untuk me-nuzul-kan al-Qur’an dalam hati kita masing-masing secara kontekstual.
Semisal dalam suasana pandemi ini, bagaimana kita optimalkan pengamalan spirit al-Quran yang mendorong kaum beriman untuk taat kepada Allah, Rasul-nya dan juga pemerintah.
Dalam firman suci-Nya Tuhan telah menegaskan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ …
“O you who have believed, obey Allah and obey the Messenger and those in authority among you. …” (An-Nisa [4]: 59).
Nah dengan demikian, meskipun sudah ada berita baik terkait penurunan kasus Covid-19 dari beberapa daerah, bukan berarti kedisiplinan menaati sosial distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), arahan medis dan kebijakan pemerintah lainnya dalam rangka pengendalian situasi lalu kita dikendorkan.
Walhasil, Spirit Nuzulul Qur’an telah memotivasi kita untuk mendisiplinkan diri di tengah situasi pandemi.
Karenanya, ayo kita disiplinkan diri kita masing-masing. Mulai dari diri sendiri.
Bukankah kita semua sama-sama menginginkan situasi segera pulih kembali, normal-normal saja sebagaimana sedia kala, kawan?