Home Fiqih Hukum menshalatkan jenazah yang belum jelas status keislamannya

Hukum menshalatkan jenazah yang belum jelas status keislamannya

0
Iddah bagi Selebgram

Syariat Islam menegaskan bahwa menshalati janazah non muslim merupakan hal yang haram dilakukan oleh umat muslim. Berkenaan dengan hal tersebut, di daerah Yogyakarta ada kejadian yang diperdebatkan oleh masyarakat tentang kematian seseorang yang semasa hidupnya sudah dikenal sebagai sosok non muslim (murtad).

Kejadian tersebut bermula dari persaksian beberapa temannya (+ 4 orang) bahwa almarhum sudah masuk Islam lagi sebelum ia meninggal dunia. Namun menurut sepengetahuan anggota keluarga dan warga setempat, almarhum belum masuk Islam lagi. Bahkan istrinya sendiri juga tidak mengetahui perilaku suaminya yang mencerminkan sosok orang muslim sebelum meninggal dunia. Alhasil sebagian masyarakat ada yang tetap melaksanakan shalat janazah berdasarkan persaksian tersebut.

Pada kasus lain, di wilayah Sumatera selatan, Kabupaten OKU timur tepatnya, ada satu desa dengan mayoritas beragama Hindu, yaitu desa NUSA BALI. Walaupun di huni dengan mayoritas penduduk non muslim, rasa toleransi yang ada pada desa tersebut sangatlah tinggi. dengan bukti kebebasan beribadah warga desa tesebut sangat terjaga dengan baik. Ibu Wayan, salah seorang istri kepala desa NUSA BALI yang sebenarnya beragama Islam, berpindah agama menjadi pemeluk Hindu mengikuti suaminya. Karena statusnya senagai istri kepala desa, maka upaya menjaga kerukunan antar umat beragama ia lakukan dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh ibu-ibu Muslimat. Baik berupa yasinan atau pembacaan Sholawat Nabi.

Tak jarang juga Bu Wayan mendapat giliran sebagai tuan rumah yasinan dan sholawatan. Namun, karena Bu Wayan merupakan non muslim, maka tempat yang di gunakan untuk yasinan dan sholawatan bukanlah rumahnya, melainkan balai desa. Acaranya pun sama persis ketika dilakukan di tempat orang muslim. Sebelum membaca surat Yasin dan tahlil, didahului dengan acara pengiriman arwah shohibul bait. Dikarenakan Bu Wayan dulunya adalah orang Islam, maka arwah yang dikirim pun beragama Islam. Tapi juga banyak arwah dari leluhur sang suami yang non muslim juga di kirim doa.

Bagaimana hukum menshalati dan men-tahlili jenazah yang belum jelas status keislamannya sebagaimana dalam kasus di atas?

Boleh apabila ada dzon (dugaan) sudah masuk islam dari orang yang akan men-salati dan haram apabila diragukan keislamannya.

Referensi: Tuhfatul Muhtaj Juz 3 hal. 158

Baca Juga: Kumpulan Hasil Bahtsul Masail


Klik Untuk Referensi Lengkap

تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني (3/ 158)

(وتحرم) الصلاة (على) من شك في إسلامه دون من يظن إسلامه ولو بقرينة كشهادة عدل به وإن لم يثبت ومحله إن لم يشهد عدل آخر بموته على الكفر وإلا تعارضا وبقي أصل بقائه على كفره وبهذا يجمع بين من أطلق عند شهادة واحد بإسلامه الصلاة عليه ومن أطلق عدمها، ويتردد النظر في الأرقاء الصغار المعلوم سبيهم مع الشك في إسلام سابيهم ولا قرينة ومر عن الأذرعي أنه يسن أمرهم بنحو الصلاة فهل قياسه جواز الصلاة هنا عليهم أو يفرق بأن ذاك فيه مصلحة لهم بالفهم لها بعد البلوغ ولا كذلك هنا؟ كل محتمل والثاني أقرب.

(قوله: ومحله) أي وجوب الصلاة على من شهد عدل بإسلامه (قوله: وبقي أصل بقائه إلخ) يؤخذ منه أن محله في الكفر الأصلي أما لو أخبر شخص بارتداد مسلم وآخر ببقائه على الإسلام إلى الموت فيصلى عليه لأن الأصل بقاؤه على الإسلام بصري وتقدم عن الكردي ما يوافقه (قوله: وبهذا) أي بقوله ومحله إلخ (قوله: ومر) أي في أوائل الصلاة كردي (قوله: والثاني أقرب) أي فلا تجوز الصلاة عليهم وتقدم عن شيخنا اعتماده وعن ع ش أن الأقرب أنه يصلي عليه ويعلق النية كما لو اختلط مسلم بكافر اهـ ولعل هذا هو الأحوط. (قوله: وبقي أصل بقائه إلخ) يؤخذ منه أن محله في الكفر الأصلي أما لو أخبر شخص بارتداد مسلم وآخر ببقائه على الإسلام إلى الموت فيصلى عليه لأن الأصل بقاؤه على الإسلام بصري وتقدم عن الكردي ما يوافقه.


Judul Asli: Tajihiz dan Yasinan Jenazah yang Keislamannya Diperdebatkan (Mutakhorrijin 2015 & PP. Mambaul Hikam)

Hasil Keputusan Bahtsul Masa’il 
Bahtsul Masail Kubro
Di Pondok Pesantren Lirboyo
Kota Kediri Jawa Timur
21-21 Februari 2019 M/ 15-16 J.Tsaniyah 1440H.

Mushahih
KH. Mukhlis Dimyati, KH. Munir Akromin, KH. Mukhlisin Labib

Perumus
Bpk. Darul Azka, Agus HM. Sa’id Ridlwan, Bpk. Kholid Afandi, Bpk. Syibro Mulisi, Bpk. Abdul Kafi Ridlo, Bpk. Adzim Fadlan, Bpk. Ma’rifatus Sholihin

Moderator
Bpk. Rofiq Ajhuri

Notulen
Bpk. M. Ihsanuddin, Agus H. Abdurrohman, Bpk. M. Maemun

Ilustrasi: tribunnews