Home Fiqih Disyariatkan Shalat Jumat

Disyariatkan Shalat Jumat

0

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ، ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (الجمعة: ٩)

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. al-Jumu’ah: 9)

عَنْ أَبِى الْجَعْدِ الضَّمْرِيِّ وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ تَرَكَ ثَلاَثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا بِهَا طَبَعَ اللهُ عَلَى قَلْبِهِ. (رواه أبو داود والترميذي بإسناد حسن، والنسائي بإسناد صحيح على شرط مسلم)

“Diriwayatkan dari Abu al-Ja’d ad-Dhamri yang tergolong sahabat, sungguh Rasululllah saw bersabda: “Orang yang meninggalkan tiga kali shalat Jumat karena menyepelekan (tanpa uzur), maka Allah akan mematikan hatinya.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi dengan sanad hasan, dan an-Nasai dengan sanad shahih sesuai standar hadits Muslim)

Adapun maksud ‘mematikan hatinya’ adalah sebagaimana penjelasan al-Munawi:

(طَبَعَ اللهُ عَلَى قَلْبِهِ) أَيْ خَتَمَ عَلَيْهِ وَغَشَّاهُ وَمَنَعَهُ أَلْطَافَهُ وَجَعَلَ فِيهِ الْجَهْلَ وَالْجَفَاءَ وَالْقَسْوَةَ، أَوْ صَيَّرَ قَلْبَهُ قَلْبَ مُنَافِقٍ.

(Allah mematikan hatinya), maksudnya adalah menyegelnya, menutupinya, mencegahnya dari kelembutan, menjadikan kebodohan, kekasaran, dan kekerasan di hatinya, atau menjadikannya hatinya sebagaimana hati orang munafik.

Dalam bahasa yang lebih ringkas menurut al-Azhim al-Abadi mengatakan:

 

 (طَبَعَ اللهُ) أَيْ خَتَمَ (عَلَى قَلْبِهِ) بِمَنْعِ إِيصَالِ الْخَيْرِ إِلَيْهِ

“Allah mematikan hatinya, dengan mencegah sampainya kebaikan padanya.”

bersambung..

Referensi:

  1. As-Suyuthi, al-Lum’ah fi Khasa’is Yaum al-Jum’ah, h. 2;
  2. Abu Bakr bin Muhammad al-Hisni, Kifayah al-Akhyar fi Hall Ghayah al-Ikhtishar, (Jeddah: Dar al-Minhaj, 1429 H/2008 M) h. 97.
  3. Abdurrauf al-Munawi, Faidh al-Qadir, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1415 H/1994 M), juz VI, h. 133.
  4. Al-Azhim al-Abadi, ‘Aun Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1415 H), juz III, h. 265-266.

Sumber :
Grup Whatsapp, Kajian Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Divisi KISWAH Aswaja NU Center Jatim