Home Hikmah Al-Qur’an Pun Mengadu Kepada-Nya

Al-Qur’an Pun Mengadu Kepada-Nya

0
tadarusan di malam ramadhan

Al-Qur’an adalah mukjizat yang akan abadi sepanjang masa, yang dijaga langsung oleh Allah Swt dari distorsi. Di dalamnya terdapat tantangan bagi siapa saja yang meragukan kemukjizatannya, untuk membuat satu surat atau bahkan sepuluh surat, dan faktanya tidak ada yang mampu menjawab tantangan tersebut sampai hari ini. 

Al-Qur’an adalah salah satu dari dua sumber utama hukum islam, yang ilmunya tidak akan pernah habis jika dikaji dan dipelajari. Di dalamnya berisi samudera ilmu, barang siapa ingin menyelam ke dalamnya, maka sampai usianya habis pun tidak akan pernah sampai ke dalam palungnya. Al-Qur’an adalah petunjuk bagi umat manusia. Barang siapa berpegang teguh dengannya, maka tidak akan pernah tersesat.

Al-Qur’an sebagai kalam ilahiy butuh dijelaskan agar makna yang terdapat di dalamnya tersampaikan. Dengan tersampaikannya makna yang terkandung, tahap selanjutnya baru bisa diamalkan.

Bagaimana caranya agar makna yang terkandung di dalam Al-Qur’an bisa dipahami? Tentu dengan mempelajari semua perangkat ilmu yang berfungsi sebagai ilmu alat seperti ilmu lughoh ‘arobiyah (mencakup nahwau, shorof, balaghah dst), ilmu tafsir, ushul fikih, ilmu qiro’at, dst. Setelah menguasai semua perangkat ilmu tadi, baru digunakan untuk mengupas dan menafsiri makna yang terkandung di dalam al-Qur’an.

Yang menjadi keprihatinan para ulama, salah satunya al-Mukarrom al-Alim al-‘Allamah KH Maimun Zuber di dalam kitab karya beliau, al-ulama’ al-mujaddidun, adalah banyaknya penghafal Al-Qur’an yang justru tidak bisa memahami Al-Qur’an.

Mengapa demikian? Karena kebanyakan dari mereka tidak menguasai perangkat ilmu yang berfungsi sebagai alat untuk memahami dan menafsiri Al-Qur’an.

Beliau menyampaikan di dalam kitab tersebut sebagai berikut:

وقد أخبر رسول الله صلى الله عليه وسلم بأنه سيأتي على الناس زمان يكون فيه ذهاب العلم فلا يعرفون معاني القران ولا يفهمونها وإن قرءوه وأقرءوه فيقرءون القران ولا يبلغ حناجرهم, وقد تحقق هذ المظهر في زماننا الحاضر من غير نكير , فإن كثيرا ممن قرأ هذا القران وحفظه هو الجاهلون الذين لا يعرفون من الدين الا أماني وإن هم إلا يظنون ولا يكون لهم علم باللغة العربية التي هي الوسيلة الفريدة لفهم معاني القران , بل وكثير ممن يشتغل بحفظ هذا القران هم النساء الجاهلات 

Rasululloh saw. telah memberitahukan bahwa akan datang pada manusia masa hilangnya ilmu, mereka tidak tahu makna ayat-ayat Al-Qur’an, meskipun mereka membaca dan membacakannya, mereka membaca Al-Qur’an namun hanya di tenggorokannya. Dan hal ini telah menjadi fakta sekarang ini tanpa bisa dipungkiri.

Mayoritas dari mereka yang membaca dan mengahafalkan Al-Qur’an adalah orang-orang bodoh yang tidak memahami agama, kecuali hanya sekedar angan-angan dan praduga semata, mereka tidak menguasai ilmu bahasa arab yang menjadi perangkat utama untuk memahami Al-Qur’an, bahkan mayoritas dari mereka yang fokus menghafalkan Al-Qur’an adalah para perempuan yang bodoh.” (K.H. Maimun Zubair, al-Ulama al-Mujaddidun, [Rembang, LTN Ponpes Al-Anwar Sarang], hlm. 29.)

Dalam redaksi di atas, K.H. Maimun Zubair menyampaikan fenomena dewasa ini banyak para pengahafal Al-Qur’an yang tidak bisa memahaminya, karena tidak menguasai ilmu-ilmu yang menjadi perangkat utama dalam memahami Al-Qur’an.

Bagaimana mungkin Al-Qur’an mau diamalkan, jika belum difahami. Oleh sebab itu di salah riwayat dijelaskan bahwa Al-Qur’an akan mengadu kepada Allah swt, karena hanya sekedar dibaca saja tidak diamalkan.

Salah satu riwayat yang menjelaskan hal tersebut dan dinukil di dalam al-Ulama al-Mujaddidun adalah :

لا تقوم الساعة حتى يرجع القران من حيث جاء له دوي حول العرش كدوي النحل فيقول الله عزوجل : ما لك ؟ فيقول : منك خرجت واليك أعود أتلى ولا يعمل بي

Kiamat tidak akan terjadi, hingga Al-Qur’an kembali dari arah datangnya, ia (Al-Qur’an) bersuara seperti suara lebah di sekitar ‘arsy, lalu Allah ‘azza wa jalla bertanya : kenapa kamu? Al-Qur’an menjawab : ‘Dari Engkau aku keluar dan kepada Engkau lah aku kembali, aku dibaca namun tidak diamalkan.” 

Wallahu a’lam


*Penulis: Amin Ma’ruf, PP Al-Iman Bulus Purworejo; Mahasiswa Tafsir Pascasarjana UNSIQ Wonosobo.