Home Berita KH. M. Anwar Manshur; Kiyai yang Bahagia Melihat yang Lain Bahagia—Bagian 1

KH. M. Anwar Manshur; Kiyai yang Bahagia Melihat yang Lain Bahagia—Bagian 1

0
KH. M. Anwar Manshur Bahagia Melihat yang Lain Bahagia

KH. M. Anwar Manshur adalah pengasuh pondok pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Saat ini, beliau menjabat sebagai Rais Syuriah PWNU Jawa Timur.

Tulisan bersambung ini adalah catatan yang ditulis KH. A. Ali Khidlir saat menemani KH. M. Anwar Manshur melakukan perjalanan ke Jawa Tengah. KH. A. Ali Khidlir adalah pengasuh pondok pesantren An-Najah, Jombang. Pada tahun 2014 lalu, beliau menyelesaikan khidmah mengajar di pondok pesantren Lirboyo. Kemudian beliau diambil menantu oleh KH. M. Anwar Manshur. KH. A. Ali Khidlir memanggil beliau dengan sebutan ‘Buya’, layaknya panggilan kasih sayang dari anak kepada ayahnya.

Kaliduren, Purworejo

Awal kunjungan silaturahim kami adalah Kaliduren, Purworejo. Di sana, Buya bercerita sambil tersenyum, “Guyonane Mbah Ma’shum Lasem, ‘Cingkire kiyai, kiyaine cingkir,’ (Mbah Ma’shum Lasem pernah bergurau, ‘cangkir yang dipakai kiyai, itu jadi kiyainya cangkir)”. Mungkin karena biasanya cangkir untuk menyuguh kepada kiyai itu lebih besar dan lebih bagus. Mbah Ma’shum Lasem memang dikenal senang bergurau. Beliau juga dikenal sering bermimpi bertemu Nabi Muhammad saw.

Mbah Ma’shum tiap hari telaten sekali membangunkan santri untuk jamaah subuh. Sejak jam 4 dini hari hingga jam 5.30. Walau begitu, santri yang ikut jamaah hanya tiga baris. Sedang santri yang lain hanya berpindah-pindah mencari tempat aman. Hehe.

Mbah yai Anwar sendiri pernah mondok di pesantren milik Mbah Ma’shum. Beliau mondok hanya pada bulan Ramadan (pasanan) sebanyak tiga kali. Mbah yai Anwar juga pernah mondok di Tebuireng, pondok milik hadratus syaikh KH. Hasyim Asy’ari. Sewaktu kecil, beliau pernah sowan kepada kiyai Hasyim, meskipun setelahnya, ketika mondok di sana, beliau tidak sempat diasuh langsung oleh kiyai Hasyim, karena terlebih dahulu wafat.

Baca juga: Mbah Ali Maksum dan Pohon Kristen

Maron-Bulus, Purworejo

Buya dan rombongan bermalam di PP. Annur Maron Purworejo, di ndalem putri Buya. Lalu paginya, kami berangkat dari Maron menuju tujuan pertama, ke Pesantren Al-Iman, Bulus, Purworejo. Kami bersilaturahim kepada Habib Hasan Baabud, Bulus, yang sedang mantu putra beliau, Habib Faqih Baabud.

Habib Hasan berkisah, bahwa dahulu beliau mondok di pondok pesantren Bathokan, Kediri, semasih di bawah asuhan mbah yai Jamal. Mbah yai Jamal adalah mertua almaghfurlah KH. Maksum Jauhari, pengasuh pondok pesantren Lirboyo. Walau mondoknya di Bathokan, tapi beliau dulu sering sekali ke Lirboyo.

Saat Buya sowan (bersilaturahim) kepada mbah yai Jamal, Habib Hasanlah yang mengawal beliau. Ini agar beliau tidak ‘diganggu’ santri-santri Bathokan. Santri-santri Bathokan gaya hidupnya mirip dengan gaya hidup santri-santri pondok pesantren Mojosari, Nganjuk, Jawa Timur. (Baik santri Bathokan maupun santri Mojosari terkenal usil dan nakal. Bahkan kepada seorang kiyai sekalipun. Namun entah mengapa, ketika telah menjadi alumni, banyak sekali yang menjadi ulama dan tokoh sukses, –red).

Berjan, Purworejo

Dari Bulus, kami kemudian melanjutkan rihlah ke pondok pesantren An-Nawawi Berjan. KH. A. Chalwani Nawawi, sang pengasuh, adalah salah satu alumni pondok pesantren Lirboyo.

Menurut pengakuan beliau, beliau dahulu satu angkatan dengan KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah (pengasuh pondok pesantren Genggong, Probolinggo). Juga dengan almaghfurlah KH. Iskandar Umar Abdul Lathif, pengasuh pondok pesantren Darul Falah, Sidoarjo, yang mendirikan lebih dari 80 pesantren. Beliau juga seangkatan dengan KH. Mukhlasin Magelang, KH. Muhsin Ghazali Tulugagung, dan masih banyak lagi teman seangkatan beliau yang menjadi ulama di daerahnya masing-masing.

Baca juga: Gerilya Madrasah Media Pesantren Plat AE

Singgah di Rumah Alumni

Saat di dalam kendaraan menuju Berjan, Buya diaturi pirsa (diberitahu) bahwa ada alumni yang memohon agar Buya berkenan singgah di rumahnya. Buya dawuh, “Mbungahne wong, diparani (Bahagiakan hatinya, ayo didatangi).” Akhirnya beliau benar-benar singgah di rumah salah satu alumni Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadiat (P3HM) (P3HM adalah pondok pesantren yang didirikan oleh KH. M. Anwar Manshur, –red). Alumni itu menikah dengan Keluarga Bani Siddiq Berjan.

Kanjeng Nabi saw. pernah dawuh 

أحب الأعمال إلى الله عز وجل سرور يدخله على مسلم

“Amal yang paling dicintai Allah adalah membahagiakan orang muslim.” 

Dugaan kami, mungkin inilah rahasia Buya gemar bersilaturahim dan gampangan untuk diaturi pinarak (dimohon singgah) walau sebentar. Penulis juga melihat bahwa Buya terlihat senang dan bahagia jika dalam perjalanan safar bisa bersilaturahim di banyak tempat. “Alhamdulillah, entuk akeh yo (Alhamdulillah, dapat banyak ya),” dawuh beliau sumringah setelah bersilaturahim di banyak tempat. 

Bersambung.

Penulis: KH. Ali Khidlir. Pengasuh Pondok Pesantren An-Najah, Denanyar, Jombang, Jawa Timur.