Home Fiqih Doa Iftitah: Meralat Ustadz Adi Hidayat

Doa Iftitah: Meralat Ustadz Adi Hidayat

0
Doa iftitah adi hidayat

Kita tidak pernah mengusik, menyalahkan apalagi membidahkan amalan dan tata cara ibadah saudara muslim kita yang lain. Paling-paling cuma ngelirik, ‘kok beda’, begitu saja. Karena kyai-kyai kita di pesantren memang tidak mengajarkan berbuat jelek kepada orang lain.

Namun hari-hari ini, ustadz Adi Hidayat (UAH), mempersoalkan bacaan doa iftitah. Menurutnya, dalam hadis riwayat imam Muslim, doa iftitah tidak pernah menyebut kalimat

 إِنِّيْ وَجَّهْتُ

Inni wajjahtu …”

Tetapi langsung

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Ustadz Adi Hidayat menyebut, memang ada kalimat “Inni wajjahtu …”, tetapi bukan dalam doa iftitah. Tetapi dalam tata cara menyembelih hewan kurban. Kalimat ini tersebut dalam hadis riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal, dan sebagainya.Sebagaimana hadis berikut

ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ، ﻗﺎﻝ: ﺿﺤﻰ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻮﻡ ﻋﻴﺪ، ﺑﻜﺒﺸﻴﻦ ﻓﻘﺎﻝ: ﺣﻴﻦ ﻭﺟﻬﻬﻤﺎ ﺇﻧﻲ ﻭﺟﻬﺖ ﻭﺟﻬﻲ ﻟﻠﺬﻱ ﻓﻄﺮ اﻟﺴﻤﻮاﺕﻭاﻷﺭﺽ ﺣﻨﻴﻔﺎ، ﻭﻣﺎ ﺃﻧﺎ ﻣﻦ اﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ

Dengan penuh kemantapan ustadz Adi Hidayat mengaku telah membuka ribuan kitab hadis. Ia mengaku tidak menemukan satu hadis pun. “Jangankan yang daif, hadis palsunya saja tidak ada”, kata beliau. Inilah yang memicu warga NU, termasuk KH. Marzuqi Mustamar, untuk memberi tanggapan dan jawaban.

Ustadz Adi Hidayat Terburu-buru dalam memvonis doa iftitah “inni wajjahtu”

Ternyata ada. Bukan hadis dlaif, apalagi palsu. Hadis ini diriwayatkan oleh imam Thabrani.

ﻭﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺭاﻓﻊ ﻗﺎﻝ: ﻭﻗﻊ ﺇﻟﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﻓﻴﻪ اﺳﺘﻔﺘﺎﺡ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ – ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻛﺎﻥ ﺇﺫا ﻛﺒﺮ ﻗﺎﻝ: ” ﺇﻧﻲ ﻭﺟﻬﺖ ﻭﺟﻬﻲ ﻟﻠﺬﻱ ﻓﻄﺮ اﻟﺴﻤﺎﻭاﺕ ﻭاﻷﺭﺽ ﺣﻨﻴﻔﺎ ﻭﻣﺎ ﺃﻧﺎ ﻣﻦ اﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ

Dari Abu Rafi’ ia berkata: Telah sampai padaku sebuah surat yang berisi doa iftitah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, bahwa jika Nabi bertakbir maka beliau berdoa: “Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ardl hanifan wa ma ana minal musyrikin …”

Al-Hafidz Nuruddin Al Haitsami berkata:

ﺭﻭاﻩ اﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ ﻓﻲ اﻟﻜﺒﻴﺮ ﻭﻓﻴﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺇﺳﺤﺎﻕ ﻭﻫﻮ ﺛﻘﺔ ﻭﻟﻜﻨﻪ ﻣﺪﻟﺲ ﻭﻗﺪ ﻋﻨﻌﻨﻪ ﻭﺑﻘﻴﺔ ﺭﺟﺎﻟﻪ ﻣﻮﺛﻘﻮﻥ

Diriwayatkan oleh Thabrani. Di dalamnya terdapat Muhammad bin Ishaq, ia terpercaya, namun ia perawi mudallis(menyamarkan) dan ia menyampaikan dengan redaksi ‘an’anah. Adapun para perawi lainnya dinilai terpercaya.

Baca juga: Bukan Membela Tenaga Kesehatan, tapi cuma agar Kita tidak Bodoh Berlebihan

Bolehkah menambah kalimat di dalam salat?

Boleh jadi, ta’bir ini masih disanggah. Dalihnya, hadis yang diriwayatkan Muhammad bin Ishaq bernilai munkar. Alasannya, ia bertentangan dengan para perawi yang lebih tsiqqah.

Jika memang begitu, maka jawabannya tetap: boleh mengamalkan doa iftitah dengan redaksi “Inni wajjahtu”.

Mengapa? Karena boleh bagi kita menambahkan bacaan di dalam salat selama bacaan itu bersumber dari Al-Qur’an atau hadis. Terlebih lagi kalimat “Inni wajjahtu” terdapat dalam Al-Qur’an surah al-An’am: 79 sebagai doa nabi Ibrahim alaihis salam.

Mana dasarnya? Ibnu Umar pernah menambahkan beberapa bacaan dalam tahiyat.

ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ، ﻋﻦ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ اﻟﺘﺸﻬﺪ: “اﻟﺘﺤﻴﺎﺕ ﻟﻠﻪ اﻟﺼﻠﻮاﺕ اﻟﻄﻴﺒﺎﺕ، اﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ﺃﻳﻬﺎ اﻟﻨﺒﻲ ﻭﺭﺣﻤﺔ اﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ – ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ: ﺯﺩﺕ ﻓﻴﻬﺎ: ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ – اﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻭﻋﻠﻰ ﻋﺒﺎﺩ اﻟﻠﻪ اﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ، ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ – ﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ: ﺯﺩﺕ ﻓﻴﻬﺎ: ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ – ﻭﺃﺷﻬﺪﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪا ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ”

Dari Ibnu Umar, dari Rasulullah saw di dalam bacaan taysyahud: “At-Tahiyyatu lillah, asshalawatu ath-thayyibat, as-salamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh.” Ibnu Umar berkata, “Aku menambahi di dalamnya, ‘… wa barakatuh, assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis shalihin, asyhadu an la ilaha illallah.’ Ibnu Umar lalu berkata, “(setelah itu) aku menambahi di dalamnya, ‘… wahdahu la syarika lah—wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluh.’” (HR. Abu Dawud).

Di dalam hadis ini, nyata bahwa Ibnu Umar, salah seorang sahabat terbaik Rasulullah saw., menambahi bacaan di dalam salat.

Wallahu a’lam.

Disadur dari status akun facebook milik KH. Ma’ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur.