Oleh: Gus Moh. Nasirul Haq., Lc
Dalam kehidupan kita pasti tidak terlepas dengan godaan yang ada di hadapan kita. Manusia pun terkadang lalai di saat ia bahagia, namun merasa gundah gulana di saat tertimpa musibah.
Di situlah kita perlu merenung, bahwa sejatinya dalam perjalanan hidup ini kita perlu mengenal Allah, mengembalikan segala urusan kepada Allah. Sehingga apapun konsekwensi yang akan kita hadapi telah kita terima dengan hati terbuka.
Allah menganjurkan kita merenungi esensi kehidupan ini. Di antara renungan kehidupan kita dapat belajar dari makna implementasi realita kehidupan kepada Sulthanul Qulub (Raja Hati) Al Habib Abdullah Al Haddad dalam qasidah populernya ( Qasidah Al Haddad ) berikut ini:
وقال رضي الله عنه:
اِلْزَمْ بَابَ رَبَّكْ , وَاتْرُكْ كُلَّ دُونْ * وَاسْأَلْهُ السَّلاَمَهْ , مِنْ دَار الفُتُونْ
لاَيَضِيقْ صَدْرُكْ , فَالْحَادِثْ يَهُونْ * اللهُ المْقُدِّرْ , وَالْعَالَمْ شُئُونْ
( لاَ يَكْثُرُ هَمُّكْ مَاقُدِّرْ يَكْونْ )
“Tetaplah pada pintu (di hadapan) TuhanMu, tinggalkan selain-Nya, mintalah keselamatan dari tempat yang penuh fitnah.
Janganlah hatimu terasa sempit, Allah Swt yang mentakdirkan, dan alam semesta selalu berubah-ubah.”
(Janganlah kau larut dalam kesedihan, sebab apa yang ditakdirkan Allah pasti akan terjadi).
فِكْرَكْ وَاخْتِيَارَكْ , دَعْهُمَا وَرَاكْ * وَالتَّدْبِيرَ أَيْضاً , وَاشْهَدْ مَنْ بَرَاكْ
مَوْلاَكَ الُمهيْمِنْ, إِنَّهُ يَرَاكْ * فَوِّضْ لُه أُمُرَكْ , واحْسِنْ فِى الظُّنُونْ
“Pikiran dan ikhtiarmu letakkan di belakangmu, begitu juga dengan angan-anganmu, dan saksikanlah Dzat yang meciptakanmu,
yaitu Tuhanmu Yang Maha Perkasa, sesungguhnya ia memperhatikanmu. Pasrahkan segala urusanmu kepada-Nya, dan perbaikilah prasangkamu.”
لَوْ وَلِمْ وَكَيفْ, قُوْلُ ذِى الْحَمَقْ * يعْتَرِضْ عَلَى اللهِ , الذِى خَلَقُ
وَقَضَى وَقَدَّرْ , كُلَّ شَىءْ بِحَقَّ * يَاقَلْبِي تَنَبَّهْ , وَاتْرُكِ المجُوُنْ
“Jika, mengapa, bagaimana adalah perkataan orang bodoh, menentang kepada Allah yang telah menciptakan,
memastikan dan mentakdirkan segala sesuatu dengan benar, duhai hatiku, berhati- hatilah, tinggalkan kegilaan.
قَدْ ضَمِنْ تَعَالَى , بِالرِّزْقِ القَوامْ * فِى الكِتَابِ الْمُنْزَلْ , نُوراً للأنَامْ
فَالرِّضَا فَرِيَضَةْ, وَالسَّخَطْ حَرَامْ * وَ القَنُوعْ رَاحَةْ , وَالطمَعْ جُنُونْ
“Allah telah menjamin, pembagian rejeki dalam Kitab-Nya yang diturunkan sebagai cahaya bagi manusia.
Maka rela adalah wajib dan menolak takdir itu haram. Dengan qana’ah terdapat ketenangan dan sifat rakus adalah kegilaan.”
أَنْتَ وَالخْلاَئِقْ , كُلُّهُمْ عَبِيدْ * وَ الإِلَهُ فِينَا , يَفْعَلُ مَا يُرِيدْ
هَمُّكْ وَاغْتِمَامُكْ , وَيْحَكْ مَا يُفِيدْ * الَقْضَا تَقَدَّمْ , فَاغْنَمِ الْسُّكُونْ
“Engkau dan segenap makhluk, semuanya adalah budak, dan Tuhan terhadap kita melakukan apa yang Ia kehendaki.
Keinginan dan harapanmu, selalu carilah yang berguna, kepastian telah berlalu, maka manfaatkan waktu dengan berdiam diri (ketenangan).”
الَذِى لَغِيْرِكْ , لَنْ يَصِلْ إِلَيكْ * وَالَّذِي قُسِمْ لَكْ , حَاصِلٌ لَدَيكْ
فَاشْتَغِلْ بِرَبَّكْ , وَالذِى عَلَيكْ * فِي فَرْضِ الْحَقِيقَهْ , وَالشَّرْعِ المَصُونْ
“Yang menjadi milik orang lain tidak akan sampai kepadamu, dan yang telah dibagikan kepadamu akan kau dapatkan.
Maka sibukkanlah dengan urusan Tuhanmu dan yang ada padamu, dalam kewajiban yang nyata dan syariat yang terjaga.”
شَرْعُ الُمْصَطَفَى , الْهَادِى البَشِيرْ * خَتْمِ الأَنْبِيَا , الْبَدْر الُمِنرْ
صَلَّى اللهْ عَلَيْهِ , الرَّبّ الْقَدِيرْ * مَارِيحُ الصَّبَا , مَالَتْ بِالْغُصُونْ
( لاَ يَكْثُرُ هَمُّكْ مَاقُدِّرْ يَكْونْ )
“Ajaran Nabi Muhammad Saw Sang Penunjuk, Pemberi Kabar Gembira, Pamungkas para Nabi, Sang purnama yang Bersinar.
Tuhan Yang Maha Kuasa pun bersholawat kepadanya, selagi angin di pagi hari bergoyang di antara ranting pohon.”
(Janganlah kau larut dalam kesedihan, sebab apa yang ditakdirkan-Nya pasti akan terjadi).
Ilustrasi: wikimedia.org