aswajamuda.com- Pancasila melalui semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” (berbeda-beda namun tetap satu tujuan) dinilai merupakan esensi dari nilai syariat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah. Meskipun masyarakat Indonesia sangat plural baik dari segi agama, suku bangsa dan bahasa, tetapi mereka diikat dan disatukan oleh sebuah landasan falsafah hidup bersama yang tercantum dalam pancasila. Piagam Madinah juga berisikan tentang prinsip-prinsip kesepakatan antara kaum muslimin Madinah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dengan berbagai kelompok non-muslim untuk membangun tatanan sosial-politik bersama. Sebagai sebuah ikatan perjanjian, Pancasila memiliki kesamaaan secara subtansial. Piagam Madinah dibangun atas dasar kesatuan umat untuk menghuni batas teritorial, dimana kesatuan didasari oleh kesamaan senasib-seperjuangan untuk membela tanah air. Piagam Madinah memberi hak sepenuhnya kepada umat untuk beragama sesuai kepercayaan masing-masing. Demikian pula undang-undang kita menjamin eksistensi agama dari kebebasan beragama. Perlindungan diberikan kepada mereka yang tidak lalim (Fala ‘Udwana Illa ‘ala al-Zhalimin).
Piagam Madinah mengakomodir semua golongan dengan tanpa mencantumkan secara eksplisit ”syariat Islam” ke dalam body text-nya. Spirit yang diperoleh dari Piagam Madinah adalah, bahwa tidak ada istilah warga subordinat kelas dua; semua warga mempunyai hak yang sama. Kesamaan derajat di hadapan konstitusi inilah kemudian yang mendasari salah satu isi pidato Bung Karno pada hari kelahiran Pancasila, 1 juni 1945: “Kita hendak mendirikan suatu negara. Semua buat semua, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan maupun golongan yang kaya; tetap semua buat semua”.
Pancasila dan Piagam Madinah menuntut sikap yang bukan hanya sekedar mengakui keberagaman keyakinan, namun juga mengharuskan adanya kesetaraan hak dan kewajiban sosial serta ruang gerak aktivitas keagamaan bagi setiap pemeluk agama, melarang praktek diskriminasi, monopoli, dominasi dan menomor-duakan kelompok atau penganut agama tertentu.
Sementara rumusan fiqh siyasi khazanah klasik cenderung menempatkan non-muslim (kafir dzimmi, mu’ahad dan musta’man) sebagai masyarakat “kelas dua”. Di antaranya, mereka tidak boleh mendirikan bangunan megah melebihi warga muslim, bila berdesakan di jalan, non muslim harus mengalah kepada orang Islam dan lain sebagainya. Walhasil, dalam konteks ke-Indonesiaan, Islam tidak benar-benar absolut berkuasa secara politik.
Pertanyaan
Apakah Pancasila Sebagai Dasar NKRI Sesuai dengan Nilai – Nilai yang Termaktub Dalam Piagam Madinah ?
PP HM Ceria Lirboyo Kediri
Jawaban
Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sangat sesuai dengan nilai-nilai yang termaktub dalam piagam Madinah. Yakni semangat untuk membentuk negara kesatuan yang aman, damai dan saling menghormati antarsuku dan antaragama.
Berikut ini kutipan piagam Madinah:
صحيفة المدينة
Piagam Madinah
بسم الله الرحمن الرحيم هذا كتاب من محمد النبي صلىالله عليه وسلم بين المؤمنين والمسلمين من قريش ويثرب ومن تبعهم فلحق بهم وجاهد معهم.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah SAW, di kalangan mukminin dan muslimin (yang berasal dari) Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikuti mereka, menggabungkan diri dan berjuang bersama mereka.
- انهم امة واحدة من دون الناس.
Pasal 1 Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komuitas) manusia lain.
- المهاجرون من قر يش على ربعتهم يتعاقلون بينهم اخذالدية واعطائها وهم يفدون عانيهم بالمعروف والقسط بين المؤمنين
Pasal 2 Kaum muhajirin dari Quraisy sesuai keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diyat di antara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan dengan cara baik dan adil di antara mukminin.
- وبنوعوف على ربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين
Pasal 3 Banu Auf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
- وبنوساعدة علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين
Pasal 4 Banu Sa’idah sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
- وبنو الحرث على ربعتهم يتعاقلون الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين
Pasal 5 Banu Al-Hars sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
- وبنوجشم علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين
Pasal 6 Banu Jusyam sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
- وبنو النجار علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين
Pasal 7 Banu An-Najjar sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
- وبنو عمرو بن عوف علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين
Pasal 8 Banu ‘Amr bin ‘Awf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
- وبنو النبيت علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين
Pasal 9 Banu Al-Nabit sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
- وبنو الاوس علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين
Pasal 10 Banu Al-‘Aws sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
- وان المؤمنين لايتركون مفرجا بينهم ان يعطوه بالمعروف فى فداء اوعقل.
Pasal 11 Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat menanggung utang diantara mereka tetapi membantunya dengan baik dalam poembayaran tebusan atau diyat.
- ولا يحالـف مؤمن مولى مؤمن دونه.
Pasal 12 Seorang mukmin tidak diperbolehkan membuat persekutuan dengan sekutu mukmin lainnya tanpa persetujuan dari padanya.
- وان المؤمنين المتقين على من بغى منهم او ابتغى د سيعة ظلم اة اثم اوعدوان او فساد بين المؤمنين وان ايديهم عليه جميعا ولو كان ولد احدهم.
Pasal 13 Orang-orang mukmin yang taqwa harus menentang orangyang diantara mereka mencari atau menuntut sesuatu secara zalim , jahat, melakukan permusuhan atau kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu dalam menentangnya, sekalipun ia anak dari salah seorang di antara mereka.
- ولا يقتل مؤمن مؤمنا فى كافر ولا ينصر كافرا على مؤمن.
Pasal 14 Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran membunuh orang kafir. Tidak boleh pula orang beriman membantu orang kafir untuk (membunuh) orang beriman.
- وان ذمة الله واحدة يحيد عليهم اد ناهم وان المؤمنين يعضهم موالي بعض دون الناس.
Pasal 15 Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang dekat. Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak bergantung kepada golongan lain.
- وانه من تبعنا من يهود فان له النصر والاسوة غير مظلومين ولا متناصر عليهم.
Pasal 16 Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang olehnya.
- وان سلم المؤمنين واحدة لا يسالم مؤمن دون مؤمن في قتال في سبيل الله الا على سواء وعدل بينهم.
Pasal 17 Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di jalan Allah, kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka.
- وان كل غازية غزت معنا يعقب بعضها بعضا.
Pasal 18 Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu membahu satu sama lain.
- وان المؤمنين يبئ بعضهم على بعض بـمانال دماءهم فىسبيل الله وان المؤمنين والمتقين على احسن هدى واقومه.
Pasal 19 Orang-orang mukmin itu membalas pembunuh mukmin lainnya dalam peperangan di jalan Allah. Orang-orang beriman dan bertakwa berada pada petunjuk yang terbaik dan lurus.
- وانه لايجير مشرك مالا لقر يش ولانفسا ولايحول دونه على مؤمن.
Pasal 20 Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa orang (musyrik) Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman.
- وانه من اعتبط مؤمنا قتلا عن بينة فانه قودبه الا ان يرضى ولي المقتول وان المؤمنين عليه كافة ولايحل لهم الاقيام عليه.
Pasal 21 Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh rela (menerima diat). Segenap orang beriman harus bersatu dalam menghukumnya.
- وانه لا يحل لمؤمن أقر بما فى هذه الصحيفة وآمن بالله واليوم الآخر ان ينصر محدثا ولا يـؤوية وانه من نصره او آواه فان عليه لعنة الله وغضبه يوم القيامة ولايـؤخذ منه صرف ولاعدل.
Pasal 22 Tidak dibenarkan orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada Allah dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat kediaman kepadanya. Siapa yang memberi bantuan dan menyediakan tempat tinggal bagi pelanggar itu, akan mendapat kutukan dari Allah pada hari kiamat, dan tidak diterima dari padanya penyesalan dan tebusan.
- وانكم مهما اختلفتم فيه من شيئ فان مرده الى الله عزوجل والى محمد صلى الله عليه وسلم
Pasal 23 Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah Azza Wa Jalla dan (keputusan) Muhammad SAW.
- وان اليهود ينفقون مع المؤمنين ماد اموا محاربين
Pasal 24 Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.
- وان يهود بني عوف امة مع المؤمنين لليهود دينهم وللمسلمين دينهم مواليهم وانفسهم الا من ظلم واثم فانه لا يـوتخ الا نفسه واهل بيته.
Pasal 25 Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga.
- وان ليهود بنى النجار مثل ماليهود بنى عوف
Pasal 26 Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
- وان ليهود بنى الحرث مثل ماليهود بنى عوف
Pasal 27 Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
- وان ليهود بنى ساعدة مثل ماليهود بنى عوف
Pasal 28 Kaum Yahudi Banu Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
- وان ليهود بنى جشم مثل ماليهود بنى عوف
Pasal 29 Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
- وان ليهود بنى الاوس مثل ماليهود بنى عوف
Pasal 30 Kaum Yahudi Banu Al-‘Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
- وان ليهود بنى ثعلبة مثل ماليهود بنى عوف الامن ظلم واثم فانه لا يوتخ الانفسه واهل بيته.
Pasal 31 Kaum Yahudi Banu Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
- وان جفنه بطن ثعلبه كأ نفسهم
Pasal 32 Kaum Yahudi Banu Jafnah dari Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
- وان لبنى الشطيبة مثل ماليهود بنى عوف وان البر دون الاثم
Pasal 33 Kaum Yahudi Banu Syutaibah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
- وان موالي ثعلبه كأنفسهم
Pasal 34 Sekutu-sekutu Sa’labah diperlakukan sama seperti mereka (Banu Sa’labah).
- وان بطانة يهود كأنفسهم
Pasal 35 Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi).
- وانه لا يخرج احدمنهم الا باذن محمد صلىالله عليه وسلم وانه لا ينحجرعلى ثار جرح وانه من فتك فبنفسه فتك واهل بيته الا من ظلم وان الله على ابرهذا.
Pasal 36 Tidak seorang pun dibenarkan (untuk berperang), kecuali seizin Muhammad SAW. Ia tidak boleh dihalangi (menuntut pembalasan) luka (yang dibuat orang lain). Siapa berbuat jahat (membunuh), maka balasan kejahatan itu akan menimpa diri dan keluarganya, kecuali ia teraniaya. Sesunggunya Allah sangat membenarkan ketentuan ini.
- وان على اليهود نفقتهم وعلى المسلمين نفقتهم وان بينهم النصرعلى من حارب اهل هذه الصحيفة وان بينهم النصح والنصيحة والبر دون الاثم وانه لم يأثم امرؤ بـحليفه وان النصر للمظلوم.
Pasal 37 Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi mauk muslimin ada kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu membantu dalam menghadapi musuh piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasehat. Memenuhi janji lawan dari khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan diberikan kepada pihak yang teraniaya.
- وان اليهود ينفقون مع المؤمنين مادا موا محاربين.
Pasal 38 Kaum Yahudi memikul bersama mukiminin selama dalam peperangan.
- وان يثرب حرام جوفهالاهل هذه الصحيفة.
Pasal 39 Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya haram (suci) bagi warga piagam ini.
- وان الجار كالنفس غير مضار ولااثم.
Pasal 40 Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang tidak bertindak merugikan dan tidak khianat.
- وانه لا تجارحرمة الا باذن اهلها
Pasal 41 Tidak boleh jaminan diberikan kecuali seizin ahlinya.
- وانه ما كان بين اهل هذه الصحيفة من حدث واشتجار يخاف فساده فان مرده الى الله عزوجل والى محمد صلىالله عليه وسلم وان الله على اتقى ما فى هذه الصحيفة وابره.
Pasal 42 Bila terjadi suatu persitiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini, yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah Azza Wa Jalla, dan (keputusan) Muhammad SAW. Sesungguhnya Allah paling memelihara dan memandang baik isi piagam ini.
- وانه لاتجار قريش ولا من نصرها
Pasal 43 Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan juga bagi pendukung mereka.
- وان بينهم النصر على من دهم يثرب.
Pasal 44 Mereka (pendukung piagam) bahu membahu dalam menghadapi penyerang kota Yatsrib.
- واذا دعوا الى صلح يصالحونه (ويلبسونه) فانهم يصالحونه ويلبسونه وانهم اذا دعوا الى مثل ذلك فانه لهم علىالمؤمنين الا من حارب فى الدين على كل اناس حصتهم من جابنهم الذى قبلهم.
Pasal 45 Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak lawan) memenuhi perdamaian serta melaksankan perdamaian itu, maka perdamaian itu harus dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu, kaum mukminin wajib memenuhi ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang menyerang agama. Setiap orang wajib melaksanakan (kewajiban) masing-masing sesuai tugasnya.
- وان يهود الاوس مواليهم وانفسهم على مثل مالاهل هذه الصحيفة مع البر الحسن من اهل هذه الصحيفة وان البر دون الاثم.
Pasal 46 Kaum Yahudi Al-‘Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban seperti kelompok lain pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan penuh dari semua pendukung piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu berbeda dari kejahatan (pengkhianatan). Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah palingmembenarkan dan memandang baik isi piagam ini.
- ولا يكسب كاسب الاعلى نفسه وان الله على اصدق فى هذه الصحيفة وابره وانه لا يحول هذا الكتاب دون ظالم وآثم. وانه من خرج آمن ومن قعد آمن بالمدينة الا من ظلم واثم وان الله جار لمن بر واتقى ومحمد رسول الله صلى الله عليه وسلم
Pasal 47 Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali orang yang zalim dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik dan takwa. Dan Muhammad Rasulullah SAW.
مقتطف من كتاب السيرة النبوية الجزء الـثانى ص 119-133 لابن هشام (أبى محمد عبد المـلك) المتوفى سنة 214 هـ.
Dikutip dari kitab As-Sirah An-Nabawiyah, juz II, halaman 119-133, karya Ibnu Hisyam (Abu Muhammad Abdul malik) wafat tahun 214 H.
Referensi
- محمد الإنسان الكامل صـ 226 السيّد محمد بن علوي بن عباس المالكي المكي الحسني
ومن مواقفه صلى الله عليه وسلم الحميدة التي تدل على سياسته الرشيدة موقفه يوم الحديبية وموافقته على شروط الصلح التي كان في ظاهرها ضيم وذلة -الى ان قال- ومن أهم تلك الخيرات حفظ المستضعفين في مكة من المسلمين وحقن دمائهم لاختلاطهم بالكفار ومن فوائده ايضا اسلام كثير من كفار قريش باختلاطهم بالمسلمين ومجيئهم الى المدينة معقل الايمان والاسلام وسماعهم من المؤمنين أقواله عليه الصلاة والسلام ومعجزاته الظاهرة وحسن سيرته واعلام نبوته الباهرة الى غير ذلك مما جعلهم يدخلون في دين الله أفواجا وعلم المسلمون بعد ذلك ان صدهم عن البيت ورجوعهم كان في الظاهر هضما وفي الباطن عزا لهم وقوة فأذل الله المشركين من حيث ارادوا العزة وقهروا من حيث ارادوا الغلبة.
- محمد الإنسان الكامل صـ 224 السيّد محمد بن علوي بن عباس المالكي المكي الحسني
ومن سياسته صلى الله عليه وسلم الرشيدة في حياته الأولى في المدينة أنه لما رأى عدم تجانس أفراد المجتمع لاختلاف عقائدهم، شرع في وضع نظام يضمن حقوق الجميع ويكفل حرية العقيدة وحرمة الدماء والاموال والاعراض وتجعلهم جميعا مكلفين بالدفاع عن البلاد أمام أية اعتداءات عليه متكافلين في الحرب والسلم، وسطر ذلك في صحيفة.
- فتاوى السبكي جـ 4 صـ 229
( فصل ) علم مما حصل من شروط عمر وغيرها من العقود التي عقدها النبي صلى الله عليه وسلم لأهل نجران وغيرها جواز عقد الذمة وذلك مجمع عليه معلوم من الشرع بالضرورة والقرآن يدل له كقوله تعالى { حتى يعطوا الجزية عن يد وهم صاغرون } وقد قدمنا أن ذلك ليس لرغبة منا في الجزية حتى نحكي من يكفر بالله ولكن رحمة من الله لرجاء إسلامهم كما نبهنا عليه ، فقد قال صلى الله عليه وسلم { لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم } وعدم اختلاطهم بالمسلمين يبعدهم عن معرفة محاسن الإسلام ألا ترى من الهجرة إلى زمن الحديبية لم يدخل في الإسلام إلا قليل ، ومن الحديبية إلى الفتح دخل فيه نحو عشرة آلاف لاختلاطهم بهم للهدنة التي حصلت بينهم فهذا هو السبب في مشروعية عقد الذمة . وقال أبو يعلى : قد ذكر بعض أهل الباطل أن عقد الذمة لا يجوز لأنه تقرير للكافر على كفره وهذا ممتنع كما يمتنع أن نقر الواحد على معصية من زنا أو غيره . وهذا قول باطل ، وقد تقدمت الإشارة إلى حكمة عقد الذمة وما فيه من المصلحة ورجاء كثرة المسلمين وهداية الخلق وتفاوت الربا لأن الشرع لم يرد بإباحته ولا مصلحة للمكلفين فيه.
- التفسير المنير للزحيلي جـ 10 صـ 61
وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (61) وَإِنْ يُرِيدُوا أَنْ يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ (62) وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (63) يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (64) يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ (65) الْآنَ خَفَّفَ اللَّهُ عَنْكُمْ وَعَلِمَ أَنَّ فِيكُمْ ضَعْفًا فَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ صَابِرَةٌ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ أَلْفٌ يَغْلِبُوا أَلْفَيْنِ بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ (66)
فقه الحياة أو الأحكام:دلت آية وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ على الأمر بقبول عقد الصلح والمهادنة أو المسالمة إن مال إليه العدو، وعلى الأمر بالتوكل على الله، أي تفويض الأمر فيما عقد من صلح إلى الله، ليكون عونا على السلامة، والنصر عليهم إذا نقضوا العهد وعدلوا عن الوفاء. ونبه تعالى في آخر الآية بقوله: إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ على الزجر عن نقض الصلح لأنه تعالى عالم بما يضمره العباد، وسامع لما يقولون.وفي هذا دلالة واضحة على أن الإسلام يؤثر السلم على الحرب، ويوجبالوفاء بالمعاهدات والمصالحات، ويحرم المبادرة إلى الغدر والخيانة ونقض العهود.وقد أثير خلاف حول هذه الآية، هل هي منسوخة أو لا؟ فقال قتادة وعكرمة: نسخها فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ [التوبة 9/ 5] وقوله:وَقاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً [التوبة 9/ 36] وقالا: نسخت براءة كل موادعة، حتى يقولوا: لا إله إلا الله. وقال ابن عباس الناسخ لها: فَلا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ [محمد 47/ 35] .وقال جماعة: ليست بمنسوخة، لكنها تضمنت الأمر بالصلح إذا كان فيه المصلحة، فإذا رأى الإمام مصالحتهم، فلا يجوز أن يهادنهم سنة كاملة، وإن كانت القوة للمشركين، جاز مهادنتهم للمسلمين عشر سنين، ولا يجوز الزيادة عليها، اقتداء برسول الله صلّى الله عليه وآله وسلم، فإنه هادن أهل مكة عشر سنين، ثم إنهم نقضوا العهد قبل كمال المدة.وصالح أصحاب رسول الله صلّى الله عليه وآله وسلم في زمن عمر بن الخطاب رضي الله عنه ومن بعده من الأئمة كثيرا من بلاد العجم على ما أخذوه منهم، وتركوهم على ما هم فيه، وهم قادرون على استئصالهم.وصالح رسول الله صلّى الله عليه وآله وسلم أهل خيبر على شروط نقضوها، فنقض صلحهم.وقد صالح الضّمري (مخشي بن عمرو، من بني ضمرة بن بكر، في غزوة الأبواء) وأكيدر دومة (أكيدر بن عبد الملك، من كندة، ودومة: هي دومة الجندل، مدينة قريبة من دمشق) وأهل نجران. وقد هادن قريشا لعشرة أعوام حتى نقضوا عهده.وما زالت الخلفاء والصحابة على هذه السبيل عاملة وسالكة. والخلاصة كما ذكر ابن العربي: إذا كان للمسلمين قوة وعزة ومنعة فلا صلح، وإن كان لهم مصلحة في الصلح، لنفع يجتلبونه، أو ضرر يدفعونه فلا بأس بالصلح. «1»وقد نقلت سابقا عن ابن كثير ترجيحه أن الآية غير منسوخة وغير مخصصة، ولا منافاة بينها وبين أوامر القتال، فهذه الأوامر عند الاستطاعة، والصلح عند العجز وقوة العدو وعدم التكافؤ بين قوتنا وقوته. وكذلك قال الجصاص: قد كان النبي صلّى الله عليه وآله وسلم عاهد حين قدم المدينة أصنافا من المشركين منهم النضير وبنو قينقاع وقريظة، وعاهد قبائل من المشركين، ثم كانت بينه وبين قريش هدنة الحديبية إلى أن نقضت قريش ذلك العهد بقتالها خزاعة حلفاء النبي صلّى الله عليه وآله وسلم، ولم يختلف نقلة السير والمغازي في ذلك، وذلك قبل أن يكثر المسلمون.فلما كثر المسلمون لم يقبل من مشركي العرب إلا الإسلام أو السيف بقوله تعالى:فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ ويقاتل أهل الكتاب حتى يسلموا أو يعطوا الجزية بقوله تعالى: قاتِلُوا الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِاللّه. وما ذكر من الأمر بالمسالمة إذا مال المشركون إليها حكم ثابت أيضا.
- صفحات للحبيب زيد بن عبد الرحمن بن يحي اليمني حول المؤتمر الدولي في بكالونجان صـ 2
وللدكتور أحمد عمر هاشم كلام نفيس عن وجوب حماية الوطن حيث يقول: فواجب أبناء الوطن أن يكونوا عيونا ساهرة لحماية أمن الوطن – الى أن قال – وأعظم صور يقتدي بها في ذلك ما فعله رسول الله صلى الله عليه وسلم فور هجرته من مكة إلى المدينة حيث بنى المسجد توثيقا للصلة بالله وآخى بين المهاجرين والأنصار توثيقا للصلة بين المسلمين وأبرم صحيفة المدينة توثيقا بين المسلمين وغير المسلمين دفاعا عن الوطن وحماية له من أي عدو يناوئه أو أي خطر يتهدده. وأعطي بهذا نموذجا من أرقي المناذج في الحفاظ على سلامة الوطن وأمنه واستقراره ليقتدي به العالم كله بعد ذلك وكانت هذه الصحيفة التي أبرمها في المدينة بين المسلمين وغير المسلمين أول وثيقة عرفتها البشرية لحقوق الإنسان حيث شرط لغير المسلمين وشرط عليهم ووحد كلمة الجميع على أن يتضامنوا في الحفاظ على الوطن ودرء أي خطر يوجه من أعدائه إليه.
- الطرق الحكمية فى السياسة الشرعية لابن القيم الجوزية صـ 14- 13
وقال ابن عقيل فى االفنون جرى فى جواز العمل فى السلطنة بالسياسة الشرعية انه هو الحزم ولا يخلو من القول به إمام فقال الشافعى لا سياسة الا ما وافق الشرع فقال ابن عقيل السياسة ما كان فعلا يكون معه الناس اقرب الى الصلاح وأبعد عن الفساد وإن لم يضعه الرسول ولا نزل به وحى, فان أردت لا سياسة الا ما نطق به الشرع فغلط وتغليط للصحابة فقد جرى من الخلفاء الراشدين من القتل والتمثيل مالا يجحده عالم بالسنن ولو لم يكن الا تحريق عثمان المصاحف فانه كان رأيا اعتمدوا فيه على مصلحة الأمة , فلا يقال ان السياسة العادلة مخالفة لما نطق به الشرع بل هى موافقة لما جاء به بل هى جزء من أجزائه ونحن نسميها سياسة تبعا لمصطلحكم وانما هى عدل الله ورسول الله ظهر بهذه الأمارات والعلامات فقد حبس رسول الله صلى الله عليه وسلم فى تهمة .
- الوحدة الإسلامية أ.د. عبد الملك عبد الرحمن السعدي العراقي صــــ 32
ولأجل أن يعيش الناس في سلم وعدم اقتتال فيما بينهم وبين المشركين لهم في الوطن وادع النبي اليهود وهم ألدّ الأعداء للمسلمين ولم يتخذ معهم أي إجراءات عدائية إلا بعد أن نقضوا العهد.
- العلاقة بين الدين والوطن الشيخ محمد عدنان الأفيوني صـــــ 176-177
والعلاقة بين الدين والدولة علاقة لازمة لايستغني أحدهما عن الآخر وقد وصف رسول الله صل الله عليه وسلم بإعجاز مدهش سمة هذه العلاقة ودور كل من الطرفين فيها فقال: “الإسلام والسلطان أخوان توأمان لايصح واحد من هما إلا بصاحبه فالإسلام أس والسلطان حارس له يضغ” -إلى أن قال- وفي الحقيقة فإن روح علاقة الدين مع الدولة بدأت مع اللحظات الأولى لنشوء دولة الإسلام في المدينة المنورة من خلال وثيقة المدينة المنورة (دستور المدينة) التي وضعها رسول الله صلى الله عليه وسلم والتي تعتبر أول دستور مدني في التاريخ حيث نظمت علاقة الدولة بالمجتمع والناس على اختلاف أطيافهم ومعتقداتهم (مؤمنين ومشركين وأهل كتاب)، وهو ما يسمى مبدأ المواطنة فكانت هذه الوثيقة إعلانا لأسس ومبادئ حكم الدولة، وواجب المواطنين، وعلاقة برئاسة الدولة متمثلة برسول الله صلى الله عليه وسلم وما لهم وما عليهم من الحقوق والواجبات، ورسمت – مع ما جاء لاحقا من النصوص ثم اجتهادات السياسة الشرعية – حدود العلاقة بين الدين والدولة بطريقة تحقق التكامل في الأدوار لا التنازع في السلطان.
- تنبيه المراجع على تأصيل فقه الواقع للشيخ عبد الله بن بيه صـ 101
خلاصة القول ان الدولة الإسلامية هي الة من اليات العدل واقامة الدين , وليست دولة ثيقراسية بل مدنية بمعنى من المعاني , لكنها بالتأكيد ليست دولة علمانية, انها دولة يكون للدين فيها مكانة ومكانته في مزاوجة مع المصالح واتساع من التأويل, لايقوم عليها رجال دين, ولكن رجال مدنيون بمختلف الطرق التي يصل بها الحكام الى الحكم, قد تكون بعض الطرق مفضلة بقدر ما تحقق من المصلحة والسلم الاجتماعي والاقتراق من روح الشرع ونصوصه.
- الأشباه والنظائر صـ 62
ونشأ من ذلك قاعدة رابعة وهى إذا تعارض مفسدتان روعى أعظمهما ضررا بارتكاب أخفهما قاعدة خامسة وهى درء المفاسد أولى من جلب المصالح فإذا تعارض مفسدة ومصلحة قدم دفع المفسدة غالبا لأن اعتناء الشارع بالمنهيات أشد من اعتنائه بالمأمورات ولذلك قال – صلى الله عليه وسلم – إذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم وإذا نهيتكم عن شىء فاجتنبوه ومن ثم سومح فى ترك بعض الواجبات بأدنى مشقة كالقيام فى الصلاة والفطر والطهارة ولم يسامح فى الإقدام على المنهيات وخصوصا الكبائر
Jalsah Tsalitsah |
||
MUSHOHHIH | PERUMUS |
MODERATOR |
1. KH. Atho’illah S. Anwar
2. K. Anang Darunnaja 3. KH. Zahro Wardi 4. K. M. Masruchan
|
1. Agus H. M. Sa’id Ridlwan
2. K. Abdul Manan 3. Ust. Muh Anas 4. Ust. Hanif Abdul Ghofir 5. Ust. M. Dinul Qoyyim 6. Ust. Sibromulisi |
Ust. Muda’imullah Azza |
NOTULEN |
||
1. Ust. M. Hilmi Bik Nada
2. Ust. Miftahul Huda 3. Ust. M. Ali Arinal Haq |
Keputusan Komisi A Bahtsul Masail FMPP Se-Jawa Madura XXX di PP Babakan Ciwaringin Cirebon Jawa Barat, 21-22 Oktober 2016 M/ 20-21 Muharram 1438 H
Ilustrasi : okezone.com