Optimisme dan Kebijakan Pemerintah Terkait Covid-19

0
1946
Kebijakan Pemerintah Terkait Covid-19

Seluruh elemen bangsa hendaknya selalu menjaga husnuzzhan kepada Tuhan, sesuai semangat sabda Nabi Muhammad Saw:

عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الأَسْقَعِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم يَقُولُ: قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، فَلْيَظُنَّ بِي مَا شَاءَ. )رَوَاهُ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ وَالْبِيهَقِيُّ)

“Diriwayatkan dari Watsilah bin al-Asqa’ Ra, ia berkata: ‘Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Aku di sisi dugaan hambaku, maka hendalkan ia menduga-Ku dengan dugaan apapun yang dikehendakinya.” (HR. Abu Bakr bin Abi Syaibah, Ibn Hibban, al-Hakim dan al-Baihaqi. Shahih.)

Baca Sebelumnya.. : Sikap Proporsional Menghadapi Covid-19

Husnuzzhan kepada Tuhan dalam tingkat yang lebih tinggi dapat menjadi pondasi utama bagi optimisme, , kepekaan dan kesemangatan bersama semua elemen bangsa untuk secara kolektif dan penuh rasa solidaritas menghadapi dan melewati pandemi Covid-19 secara baik dan sukses. Sebaliknya, prasangka buruk terhadap Tuhan justru dapat menjadi sebab memperburuk keadaan dan membuat hati semakin pesimis. Sebab telah menjadi sunnatullaah ketentuan Tuhan terhadap seorang hamba beriringan dengan dugaannya kepada Tuhannya.[1]

Selain itu, pendekatan keagamaan melalui qunut nazilah, istighatsah dan doa tolak balak sangat penting dilakukan dalam kondisi musibah pandemi Covid-19.

اَلدُّعَاءُ يَرُدُّ الْبَلَاءَ. (أبو الشيخ ابن حبان) في الثواب عن أبي هريرة(ح)

“Doa itu dapat menolak balak.” (HR. Abu as-Syaikh Ibn Hibban dalam at-Tsawab dari riwayat Abu Hurairah Ra. Hasan.)

Bahkan kondisi seperti ini semestinya justru dapat dijadikan sebagai kesempatan emas untuk semakin meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, sembari terus beristighfar memohon ampunan dan ridha-Nya.

Kebijakan Pemerintah Terkait Covid-19

Dalam kondisi bencana nasional non alam pandemi Covid-19, pemerintah harus hadir dengan kebijakan yang cepat dan tepat sesuai tugas dan kewajibannya terhadap masyarakat. Namun demikian kebijakan yang diambil harus benar-benar berdasarkan kemaslahatan:

صَرُّفُ الْإِمَامِ عَلَى الرَّعِيَّةِ مَنُوطٌ بِالْمَصْلَحَةِ.

“Kebijakan pemerintah terhadap rakyatnya harus berdasarkan pada kemaslahatan.”

Demikian pula masyarakat harus menaati kebijakan pemerintah sekaligus sebagai wujud kebersamaan dalam menghadai bencana. Tidak mengambil tindakan sendiri-sendiri yang justru kontra produktif bagi upaya pengendalian dan penanganan bencana. Menaati  kebijakan pemerintah dalam hal ini hukumnya wajib, seiring perintah al-Qur’an:[2]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا الله وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ … (النساء: 59)

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan pemerintah di antara kalian …” (QS. an-Nisa’ :59) Selain itu masyarakat harus menjaga kesehatan diri keluarga dan lingkungan, dan mengikuti berbagai anjuran pakar kesehatan.[3]

Demikian pula bagi warga Nahdlatul Ulama (NU) hendaknya juga mengikuti berbagai arahan, instruksi, protokol dan kebijakan organisasi berkaitan dengan musibah Covid-19.

Bersambung.. : Pembatasan Ibadah dan Perawatan Jenazah Covid-19


[1] Al-Munawi, Faidh al-Qadir, IV/243:

(قال الله تعالى أنا عند ظن عبدي بي إن ظن) بي (خيرا فله) مقتضى ظنه (وإن ظن) بي (شرا) أي أني أفعل به شرا (فله) ما ظنه.  فالمعاملة تدور مع الظن. فإذا أحسن ظنه بربه وفى له بما أمل وظن. والتطير سوء الظن بالله وهروب عن قضائه. فالعقوبة إليه سريعة والمقت له كائن. ألا ترى إلى العصابة التي فرت من الطاعون كيف أماتهم؟

[2] Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ali al-Kiya al-Harasi, Ahkam al-Qur’an, II/142:

قوله تعالى: أَطِيعُوا اللهَ وأطِيعُوا الرَّسُولَ وأُولي الأَمْرِ منكم … ويحتمل أن يراد به الأمراء، وهو الأظهر لما تقدم من ذكر العدل في قوله: وإذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ الناسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ.

Abdurrahman bin Muhammad bin Husain bin Umar Ba’alawi, Bughyah al-Mustarsyidin, (Bairut: Dar al-Fikr, tth.), 91:

والحاصل أنه تجب طاعة الإمام فيما أمر به ظاهراً وباطناً مما ليس بحرام أو مكروه ، فالواجب يتأكد ، والمندوب يجب ، وكذا المباح إن كان فيه مصلحة كترك شرب التنباك إذا قلنا بكراهته لأن فيه خسة بذوي الهيئات.

Ali bin Ahmad bin Sa’id Bashabrain, Itsmid al-‘Ainain fi Ikhtilaf ar-Ramli wa Ibn Hajar pada Bughyah al-Mustarsyidin, (Bairut: Dar al-Fikr, tth.), 98:

 (مسألة) يجب منع الأبرص والمجذوم من الجماعة ومن مخالطة الناس سواء الإمام وغيره ممن قدر على ذلك لأنه من باب الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر.

[3] Jad al-Haq Ali Jad al-Haq, Fatawa al-Azhar (tentang Hukum Aborsi), Muharram 1410 H/4 Desember 1980, II/318:

ما هو موقف الطبيب من الإجهاض شرعا. لقد قال سبحانه تعليما وتوجيها لخلقه: فاسألوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون (الأنبياء: 7) والطبيب فى عمله وتخصصه من أهل الذكر، والعمل أمانة ومن ثم كان على الطبيب شرعا أن ينصح لله ولرسوله وللمؤمنين.

Hasil Keputusan Bahtsul Masail Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama
Jawa Timur tentang Covid-19

Diputuskan di  : RSI Siti Hajar Sidoarjo
Pada tanggal   : 22 Rajab 1441 H/17 Maret 2020 M

Perumus: KH. Syafruddin Syarif,KH. Romadlon Khotib,KH. Ahmad Yasin Asmuni,KH. Athoillah Sholahuddin Anwar ,KH. Muhammad Mughits al-‘Iroqi,KH. Ahmad Asyhar Shofwan, M.Pd.I.,KH. MB. Firjhaun Barlaman,KH. Ali Maghfur Syadzili Isk., S.Pd.I.,Dr. KH. Mujab Masyhudi,Dr. Abdul Rahem, M.Kes., Apt.,KH. Suhairi,Kiai Anang Darunnajah,Kiai Zahro Wardi,Kiai Saiful Anwar,Kiai Muhammad Thohari Muslim,Kiai Muhammad Anas, S.Pd.I.,Kiai Ahmad Muntaha AM, S.Pd.,KH. Ahmad Jazuli Sholeh,KH. Muhammad Syihabuddin Sholeh, S.Ag.,Kiai Muhammad Masykur Junaedi,Kiai Muhammad Hamim Hr,Kiai Muhammad Lukmanul Hakim, S.Pd.I.,Kiai Fathoni Muhammad, Lc. M.Si.,Kiai Ali Romzi ,Kiai Muhammad Arifuddin, S.Pdi., M.Pd.I.,Kiai Samsuddin, S.Si., M.Ag.,Kiai Abdul Wahab, M.H.I.,Kiai Syukron Dosy, S.S.,Kiai Umar Faruq

Paper photo created by freepik – www.freepik.com