Oleh: Ahmad Muntaha AM
Ibn ‘Athaillah as-Sakandari menyampaikan kalam hikmah:
حُسْنُ الْأَعْمَالِ نَتَائِجُ حُسْنِ الْأَحْوَالِ وَحُسْنُ الْأَحْوَالِ مِنَ التَّحَقُّقِ فِي مَقَامَاتِ الْإِنْزَالِ.
“Berkualitasnya amal merupakan buah dari kualitas kondisi manusia; dan kualitas kondisi manusia muncul dari kesungguhannya menapaki derajat-derajat dalam menempuh perjalanan meraih ridha Allah.”
Berkaitan dengan kalam hikmah ini, Syaikh Prof. Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi dalam al-Hikam al-‘Athaiyyah Syarh wa Tahlil (II/181-182) menjelaskan: maksud amal adalah ibadah dan ketaatan lahiriah terhadap Allah seperti shalat, puasa, haji dan dakwah; maksud kualitas kondisi manusia adalah kondisi hati manusia seperti cinta, rasa mengagungkan dan ketakutan terhadap Allah; sedangkan maksud derajat-derajat dalam menempuh perjalanan meraih ridha Allah adalah berbagai derajat atau level yang ditempuh manusia dalam perjalanan meraih ridha Allah.
Baca Juga: Misteri Anak Iblis di Hati Manusia (Hikam-44)
Kalam hikmah ini menyampaikan pesan utama, bahwa berbagai ibadah yang dilakukan oleh manusia dapat dianggap berkualitas dan diterima oleh Allah Ta’ala hanya bila dilakukan dengan penuh keikhlasan karena Allah dan terhindar dari rasa bangga diri, pamer terhadap orang lain dan racun-racun amal lainnya.
Namun bagaimana hati manusia bisa ikhlas terhindar dari pamer dan penyakit hati lainnya, sehingga mampu menumbuhkan berbagai amal yang berkualitas? Yaitu dengan telaten dan konsekuen menapaki satu per satu derajat yang ditempuh oleh orang-orang shaleh dalam meraih ridha Allah Ta’a’a, mulai dari derajat tobat, sabar, ridha dan seterusnya, seiring firman-Nya:
وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (النور: 31)
“Dan tobatlah kepada Allah kalian semua wahai orang-orang beriman, agar kalian beruntung.” (QS. an-Nur: 31)
Baca Juga: Seri Artikel Kajian Hikam
Sumber:
1. Abdul Majid as-Syarnubi, Syarh al-Hikam al-‘Athaiyyah, 54.
2. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, al-Hikam al-‘Athaiyyah Syarh wa Tahlil, (Bairut-Damaskus: Dar al-Fikr, 1424 H/2003 M), II/181-182.
Ilustrasi: freepik