Seiring era keterbukaan informasi yang terus melaju dan kemajuan teknologi informasi yang terus menjadi, manusia disajikan berbagai informasi tiada henti. Termasuk pula informasi ajaran-ajaran agama dalam segala aspeknya.
Lalu mana yang sebaiknya layak kita pilih dari sebagai rujukan dan pedoman hidup demi keselamatan dunia hingga akhirat kelak?
Memilih Guru, 4 Syarat
Dalam konteks ini, KH M Hasyim Asy’ari salah satu pendiri Nahdlatul Ulama, mengutip Nataij al Afkar al Qudsiyyah karya Syaikh Musthafa bin Muhammad al ‘Arusi (1213-1293 H) guru besar Universitas al Asyhar Kairo Mesir di masanya, dalam Risalah fi al ‘Aqaid beliau menyatakan, untuk memperoleh keselamatan dunia akhirat orang harus memilih guru yang memenuhi empat (4) syarat, yaitu:
1. Mengetahui sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah dan para Rasul/Nabi-Nya, sekaligus dalil naqli maupun argumentasi rasionalnya, sehingga ketika murid mengalami keraguan dan gangguan akidah, ia dapat meluruskannya.
2. Berakidah sesuai akidah Ahlussunnah wal Jama’ah.
3. Mengetahui (a) berbagai hukum Allah yang berkaitan dengan lahiriah manusia seperti najis hadats dan semisalnya; (b) berbagai hukum yang berkaitan dengan batiniahnya seperti syukur, tawakal dan semisalnya; serta (c) berbagai detail bahaya yang merusak amal ibadah manusia seperti riya’ (pamer), ujub (banga diri), dan semisalnya.
4. Mengamalkan berbagai hukum Allah yang telah diketahuinya dan tidak melakukan larangan-larangan yang mencederai keadilannya. Sebab, guru yang benar-benar dapat diikuti adalah guru yang adil.
Baca Juga: Pidato Kiai Hasyim Asy’ari Ketika Pendirian Nahdlatul Ulama
Di penghujung catatannya, Kiai Hasyim menegaskan:
“Bila (ada) orang yang bersedia jadi guru tapi tidak memenuhi empat (4) syarat ini, maka tidak boleh dijadikan guru.”
Dus, boleh-boleh saja sejuta informasi menghujani kita, tapi untuk menjadikannya sebagai pedoman dalam beragama, tentu perlu melalui bimbingan guru.
Guru yang benar-benar layak digugu dan ditiru.
Oleh: Ahmad Muntaha AM
__
Sumber:
1. Muhammad Hasyim bin Muhammad Asy’ari, Risalah fi al ‘Aqaid dalam Irsyad as Sari, (Jombang: Maktabah Tebuireng, tth.), edisi: Ishomuddin Hadziq, 2-3.
2. Musthafa al ‘Arusi, Nataij al Afkar al Qudsiyyah, (Bairut: Dar al Kutub al ‘Ilmiyyah, 1428 H/2007 M), edisi: ‘Abdul Warits Muhammad ‘Ali, IV/196.
Ilustrasi : suaramerdeka.com