Jakarta, tiga bulan yang lalu ketika wabah Covid-19 belum begitu merebak, pesantren ketat melakukan pencegahan. Namun, sekarang ini malah cenderung longgar. Hal ini menjadikan keprihatinan Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) untuk menggelar pelatihan Satuan Tugas Covid-19 Pesantren (SCP) di berbagai provinsi. Kali ini merupakan SCP angkatan 3 untuk Wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Saat ini, Covid-19 menjadi ancaman yang sangat serius bagi pesantren. Salah satu indikatornya adalah muncul cluster baru dari pesantren. Sehingga perlu untuk melakukan sebuah langkah pencegahan dan penanggulangan.
Beberapa waktu lalu, beberapa masyayikh pesantren kapundut (meninggal) sebab Covid-19. Hal ini menjadi perhatian khusus terhadap kesehatan keluarga pesantren. Tidak hanya itu, dampak lain yang ditimbulkan oleh adanya Covid-19 adalah terganjalnya kegiatan pembelajaran di pesantren (ta’lim) dan juga ekonomi untuk operasional pesantren. Sehingga dibutuhkan langkah cepat dan konkrit untuk mengatasi hal tersebut.
‘‘Memang telah terjadi penularan Covid di Pesantren, tapi pesantren tak boleh menyerah dengan wabah ini. Harus ada ikhtiar dhohir dan batin. Protokol kesehatan yang telah kita buat harus kita jalani dengan disiplin dan istiqomah. Bila menilik dalam kitab kuning setidaknya ada dua maqasid al-syariah yang kita pegangi sekarang ini yaitu, hifdzun nafs dan nasl,’’ papar KH. Abdul Ghafarrozin, selaku ketua RMI PBNU.
Setidaknya terdapat kasus penularan virus di dua puluh enam pesantren dan yang menjadi cluster ada tujuh pesantren. Ini bukan aib yang harus ditutupi. Namun, perlu disampaikan terhadap khalayak untuk waspada. Hingga sekarang ini, data yang ada belum menunjukkan adanya mencapai titik puncak. Maka sebaiknya secara bersama-sama pesantren memiliki SCP ini untuk melakukan tindakan preventif.
Untuk memberikan pengalaman yang update terkait SCP ini, hadir Gus Itqon, ketua Satgas Covid-19 Forum Komunikasi Pengasuh Pesantren Kajen (FKPPK). Beliau memberikan banyak pengalaman dalam menangani kejadian langsung di lapangan. Gus Itqon menerangkan bahwa pesantren harus terbuka dalam hal informasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menyelesaikan wabah yang ada di pesantren.
Narasumber yang mengisi pelatihan SCP ini tidak tanggung-tanggung. Ada dr. Heri Munajib dari Perhimpunan Dokter NU. Beliau ini merupakan dokter di R.S. Dr. Soetomo Surabaya sebelumnya juga pernah menjadi pasien Covid-19 positif. Namun, beliau sekarang sudah sehat dan mendirikan komunitas Santri Husada Insani (Santri Husain).
Selain itu hadir dalam pelatihan ini Prof. dr. Madarina Julia MPH., Ph.. D., SPA (Kes) dari Forum Silaturahim Nahdliyyin Gadjah Mada, UGM Yogyakarta. Ning Alissa Wahid, (LKK NU), H. Ulun Nuha (Ketua Satkor Covid-19 RMI PBNU) dan Dr. Abdulloh Hamid, M. Pd. (Ketua Divisi Media Satkor Covid-19 RMI PBNU).
Dalam pelatihan kali ini terdapat 126 pesantren dari Jateng dan 74 pesantren dari Jawa Barat. Dan juga, dalam pelatihan SCP edisi sebelumnya yaitu Pelatihan SCP bacth satu Nasional terdapat 170 pesantren dan bacth dua Jatim (tapal kuda dan madura) terdapat 150 pesantren yang mengikuti pelatihan ini.
Pelatihan ini sangat penting dan urgen bagi pesantren di Indonesia di masa pandemi Covid-19 saat ini. Dan juga, setelah dilaksanakannya pelatihan ini bentuk follow up-nya adalah peserta yang ikut dapat membentuk satgas di masing-masing pesantren. Sehingga keluarga pesantren yaitu keluarga kiai dan para santri dalam keadaan aman, sehat, dan senantiasa terjaga dari wabah Covid-19. Dan RMI PBNU terus mendampingi dan membangun aliansi strategis dengan SCP Pararel, melalui satkor Covid-19 pesantren, RMI PBNU juga berikhtiar untuk meningkatkan akses pesantren terhadap fasilitas dan tenaga kesehatan.