Ijin Operasional Pesantren Berideologi Radikal Layak Dicabut

0
861
Ijin Operasional Pesantren Berideologi Radikal Harus Dicabut

Kementerian Agama Republik Indonesia sempat mencabut ijin operasional pondok pesantren Shiddiqiyyah Jombang beberapa waktu lalu. Ini karena salah satu keluarga pemilik pesantren memerkosa sejumlah santriwatinya. Bahkan salah satu di antara mereka kini tengah hamil.

Meski kemudian pencabutan tersebut dibatalkan atas arahan Presiden Joko Widodo, tindakan pencabutan izin operasional pesantren dinilai sebagai tindakan yang tegas. Mengingat, apa yang dilakukan tersangka sama sekali tidak bisa dibenarkan oleh agama, yang notabene menjadi ilmu utama yang diajarkan di pesantren tersebut. Apalagi, tersangka berstatus sebagai salah satu pimpinan pesantren.

Tindakan yang dialamatkan kepada pesantren tersebut, selain pencabutan izin operasional, adalah penangkapan kepada tersangka. Proses penangkapan ini sebenarnya sudah dimulai sejak dua tahun lalu. Namun, tersangka selalu berhasil menghindari kejaran polisi. Selain itu, pihak keluarga juga terkesan menghalangi proses hukum. Mereka meminta agar kasus diproses secara diam-diam agar nama baik pesantren dan keluarga tetap terjaga.

Baca Juga: Hukum Transaksi Rekayasa Online Shop

Pencabutan IJOP dalam Fikih

Dalam menyikapi pencabutan Ijin Operasional (IJOP) pesantren yang dilakukan pemerintah, fikih memberi beberapa catatan yang harus diperhatikan.

Pemerintah dibenarkan mencabut IJOP apabila pesantren atas nama lembaga terbukti melakukan pelanggaran atau kesalahan, misalnya memobilisasi massa, menghalangi proses hukum yang sedang berlangsung, mengajarkan kurikulum yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar, dan tidak mampu menjamin keamanan dan kehormatan santri didiknya.

Sedangkan apabila pelanggaran tersebut dilakukan oleh oknum pesantren, maka pemerintah tidak boleh mencabut IJOP lembaganya. Meski begitu, proses hukum untuk personal tetap wajib ditegakkan.

Yang perlu diperhatikan lagi, adalah adanya kemungkinan pengembalian izin operasionalnya. Karena apabila di kemudian hari pesantren yang telah dicabut izin operasionalnya telah berbenah dan kembali kepada jalan yang benar, maka pemerintah wajib mengembalikan IJOP pesantren tersebut.

IJOP Pesantren Radikal Layak Dicabut

Selain kepada lembaga yang terbukti melakukan pelanggaran hukum, pemerintah seharusnya juga mencabut IJOP pesantren yang mengajarkan radikalisme, terorisme, ekstrimisme, dan ideologi lain yang mengancam keutuhan NKRI.

Fikih juga memberi catatan khusus pada proses penangkapan tersangka. Khususnya, ketika pihak keluarga terkesan menghalangi proses hukum.

Pihak keluarga sama sekali tidak diperbolehkan menghalangi berjalannya proses hukum. Apalagi sampai melindungi pihak yang menolak proses penyelidikan. Karena ini dianggap menghalangi wewenang pihak berwajib melakukan penyelidikan. Ini juga merupakan bentuk penghalang-halangan pihak berwajib untuk menjalankan tugas.

Referensi:

Zakaria bin Muhammad al-Anshari, Asna al-Mathalib Syarh Raudhat a-Thalib. v. 20 hlm. 175.

Abdurrahman as-Suyuthi, Al-Hawi li al-Fatawa li as-Suyuthi. v. 1 hlm 119.

Yusuf bin Ibrahim al-Ardabili. al-Anwar li A’mali al-Abrar. hlm. 613-614.

أسنى المطالب شرح روض الطالب – (ج 20 / ص 175)

( وَهُوَ ) مَشْرُوعٌ ( فِي كُلِّ مَعْصِيَةٍ لَا حَدَّ فِيهَا وَلَا كَفَّارَةَ ) سَوَاءٌ أَكَانَتْ حَقًّا لِلَّهِ تَعَالَى أَمْ لِآدَمِيٍّ وَسَوَاءٌ أَكَانَتْ مِنْ مُقَدِّمَاتِ مَا فِيهِ حَدٌّ كَمُبَاشَرَةِ أَجْنَبِيَّةٍ فِي غَيْرِ الْفَرْجِ وَسَرِقَةِ مَا لَا قَطْعَ فِيهِ ، وَالسَّبُّ بِمَا لَيْسَ بِقَذْفٍ أَمْ لَا كَالتَّزْوِيرِ وَشَهَادَةِ الزُّورِ ، وَالضَّرْبِ بِغَيْرِ حَقٍّ بِخِلَافِ الزِّنَا لِإِيجَابِهِ الْحَدَّ وَبِخِلَافِ التَّمَتُّعِ بِالطِّيبِ وَنَحْوِهِ فِي الْإِحْرَامِ لِإِيجَابِهِ الْكَفَّارَةَ

الحاوي للفتاوي للسيوطى – (ج 1 / ص 119)
قال علماؤنا : وكل مسجد بني على ضرار أو رياء أو سمعة فهو في حكم مسجد الضرار قلنا قال علماؤنا : وإذا كان المسجد الذي يتخذ للعبادة وحض الشرع على بنائه يهدم وينزع إذا كان فيه ضرر فما ظنك بسواه ؟ بل هو أحرى أن يزال ويهدم ، هذا كله كلام القرطبي

الأنوار لأعمال الأبرار صـ 613-614 للإمام يوصف بن ابراهيم الأردابلي الشافعي
خاتمة إذا رفع متهوم بالزني أو السرقة أو قطع الطريق إلى أمير أو وال آخر كان له مع أسباب الكشف والاستبراء ما ليس للقضاة والحكام، وذلك من تسعة أوجه -إلى أن قال- والثاني: أن له أن يراعي شواهد الحال وأوصاف المتهوم في قوة التهمة وضعفها، فإن كانت بزنا وكان متصنعا للنساء قويت، وإن كان بضده ضعفت، وإن كانت بسرقة والمتهوم عيار أو في بدنه آثار ضرب أو معه منقب قويت، وإن كان بضده ضعفت، وليس ذلك للقضاة والثالث: أن له أن يعجل حبس المتهوم للكشف والاستبراء، ومدته لا تتقدر بل هي إلى رأي الأمير واجتهاده، وليس للقضاة حبس أحد إلا بحق وجب.

Sumber: Keputusan Bahtsul Masail FMPP se-Jawa Madura XXXVIII. Dilaksanakan pada 10-11 September 2022, di Ponpes Al-Hamid, Cilangkap Jakarta. File hasil keputusan bisa didownload di sini.