Hormat Bendera Syirik ! Benarkah ?

0
2856
hormat bendera

Oleh: M.Mubasysyarum Bih Ridlwan

Sebagian kalangan mengatakan hormat bendera adalah perbuatan syirik (menyekutukan Allah). Tidak ada yang boleh diagungkan kecuali Allah. Benarkah pemahaman demikian?.

Bendera adalah tanda identitas sebuah negara di masa kini. Dahulu bendera digunakan orang Arab untuk menjadi tanda bagi masing-masing kabilah dan golongan. Setiap golongan menjaga betul kemuliaan benderanya. Setiap kali bendera terangkat, menunjukan keagungan sebuah suku. Sebaliknya, bila bendera tersungkur dan direndahkan, menunjukan kehinaan sebuah kabilah. Dalam istilah arab bendera disebut dengan nama “al-Rayah” atau “al-Liwa’”.

Dalam peristiwa perang Tabuk, pembawa bendera pasukan muslim adalah sahabat Zaid bin Haritsah. Setelah Zaid gugur, diambil alih oleh sahabat Ja’far bin Abi Thalib. Ia berperang dan berjuang membawa bendera sampai terbunuh. Sepeninggal Ja’far, secara bergantian bendera dipegang oleh Abdullah bin Rawahah, Tsabit bin Aqram al-‘Ajlani dan Khalid bin al-Walid.

Yang paling banyak menarik perhatian para sahabat pada waktu itu adalah perjuangan Ja’far bin Abi Thalib mempertahankan eksistensi bendera sebagai simbol jati diri pasukan muslim. Ketika tangan kanannya terpotong, ia memegang bendera dengan tangan kiri. Saat tangan kirinya juga terpotong, ia mendekap bendera dengan kedua lengannya hingga ia terbunuh.

Baca Juga: Kalimat Tauhid di Bendera Pusaka (Merah Putih)

Melihat perjuangan Ja’far mati-matian menjaga dan memuliakan bendera, Rasulullah sedikitpun tidak mengingkarinya. Bahkan Ja’far didoakan Nabi agar kedua tangannya yang gugur diganti oleh Allah dengan kedua sayap di surga kelak. Karena doa Rasulullah tersebut, para ulama’ menjuluki Ja’far dengan sebutan al-Thayyar (yang terbang).

Bagi orang waras, setiap golongan pasti secara antusias menjaga bendera kebangsaannya, tidak rela apabila identitas bangsanya direndahkan. Bila bendera jatuh, maka secepatnya diangkat untuk menunjukan bahwa terdapat kekuatan besar dalam suatu bangsa yang dapat mengangkat harkat martabat mereka.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa hormat bendera yang kita saksikan dalam berbagai momen kenegaraan menunjukan kecintaan kepada negara, tanda kepatuhan dalam satu komando serta semangat merawat dan membela tanah air.

Makna menghormati bendera yang demikian sedikitpun tidak masuk dalam pengertian menyembah atau menuhankan bendera.

Dengan demikian, perlu dipertanyakan kewarasan sekelompok orang yang menganggap bahwa hormat bendera adalah bid’ah atau menyembah kepada selain Allah.

Wallahu a’lam bisshawab.
Sumber bacaan: Syaikh Athiyyah Shaqr, Fatawa al-Azhar