Imam as Suyuthi pernah membaca buku karya al Ustad Syamsuddin bin al Qayyim yang berjudul:
كتاب الهدي ليوم الجمعة
Buku Petunjuk untuk Hari Jumat
yang menyebutkan 20 an keistimewaan malam dan hari Jumat. Setelah itu beliau menyatakan:
“Ia telah melewatkan keistimewaan Jumat yang berlipat-lipat jumlahnya.”
Kemudian Imam as Suyuthi melakukan penelitian dan berhasil mengumpulkan 101 keistimewaan Jumat berikut masing-masing dalilnya, yang dikemasnya dalam buku kecil berjudul:
اللمعة في خصائص يوم الجمعة
Kilauan Cahaya tentang Keistimewaan Hari Jumat
Keistimewaan Ke-1 : Hari Jumat Adalah Hari Raya Kaum Muslimin
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ هَذَا يَوْمُ عِيدٍ جَعَلَهُ اللهُ لِلْمُسْلِمِينَ. فَمَنْ جَاءَ إِلَى الْجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ وَإِنْ كَانَ طِيبٌ فَلْيَمَسَّ مِنْهُ وَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ. (رواه ابن ماجه. قال ابن المنذر: صحيح)
Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra, beliau berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Sungguh hari Jumat ini adalah hari raya yang dijadikan Allah untuk kaum muslimin, maka orang yang pergi shalat Jumat hendaklah mandi, bila ada wewangian maka pakailah, dan bersiwaklah.” (HR. Ibn Majah, Hasan )
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جُمْعَةٍ مِنَ الْجُمُعِ: مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ، إِنَّ هَذَا يَوْمٌ جَعَلَهُ اللهُ لَكُمْ عِيدًا، فَاغْتَسِلُوا، وَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ. (رواه ابن الطبراني ورجاله ثقات)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, sungguh Rasulullah saw bersabda pada salah satu hari Jumat: “Wahai kaum muslimin, sungguh hari Jumat ini Allah jadikan hari raya untuk kalian, maka hendaklah kalian mandi, dan bersiwak.” (HR. at-Thabarani, dan para perawinya adalah orang-orang yang terpercaya)
Dikutip dari as-Suyuthi, al-Lum’ah fi Khasa’is Yaum al-Jum’ah, h. 1; Ibn al-Mundziri, at-Targhib wa al Tarhib fi al-Hadits as-Syarif, juz I, h. 286; dan al-Haitsami, Majma’ az-Zawaid, juz II, h. 388.
Keistimewaan Ke-2 : Makruh Puasa Pada Hari Jumat Saja
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, sungguh beliau Rasulullah saw bersabda: “Janganlah kalian berpuasa pada hari Jum’at kecuali berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya.” (Muttafaq ‘Alaih)
عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الْجُمُعَةِ. (متفق عليه)
Diriwayatkan dari Jabir ra, beliau berkata: “Nabi Saw telah melarang puasa hari Jumat.” (Muttafaq ‘Alaih)
عَنْ جُوَيْرِيَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَهِيَ صَائِمَةٌ، فَقَالَ لَهَا: أَصُمْتِ أَمْسِ؟ قَالَتْ: لا. قَالَ: أَتُرِيدِينَ أَنْ تَصُومِي غَدًا؟ قَالَتْ: لَا. قَالَ: فَأَفْطِرِي. (رواه البخاري)
Diriwayatkan dari Juwairiyah Ummil Mukminin ra, sungguh Nabi saw datang kepadanya pada hari Jumat sementara beliau berpuasa, lalu Nabi Saw bersabda: “Apakah kamu berpuasa kemarin?” Beliau menjawab: “Tidak.” Nabi Saw bersabda: “Apakah kamu akan berpuasa besok?” Beliau menjawab: “Tidak.” Nabi Saw bersabda: “Maka berbukalah.” (HR. al-Bukhari)
عَنْ جُنَادَةَ بْنِ أَبِي أُمَيَّةَ الْأَزْدِيُّ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَفَرٍ مِنَ الْأَزْدِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَدَعَانَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى طَعَامٍ بَيْنَ يَدَيْهِ، فَقُلْنَا: إِنَّا صِيَامٌ. فَقَالَ: أَصُمْتُمْ أَمْسِ؟ قُلْنَا: لَا. قَالَ: أَفَتَصُومُونَ غَدًا؟ قُلْنَا: لَا. قَالَ: فَأَفْطِرُوا. ثُمَّ قَالَ: لَا تَصُومُوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ مُنْفَرِدًا . (رواه الحاكم)
Diriwayatkan dari Junadah bin Abu Umayyah al-Azdi ra, beliau berkata: “Saya mendatangi Rasulullah saw bersama rombongan Bani Azdi pada hari Jumat. Rasulullah saw mengajak kami untuk memakan jamuan yang dihidangkannya, lalu kami menjawab: “Kami sedang berpuasa.” Rasulullah saw bersabda: “Apakah kemarin kalian berpuasa.” Kami menjawab: “Tidak.” Rasulullah Saw bersabda: “Apakah besok kalian akan berpuasa?” Kami menjawab: “Tidak.” Rasulullah Saw bersabda: “Maka berbukalah.” Lalu Rasulullah Saw bersabda: “Janganlah kalian berpuasa pada hari Jum’at saja.” (HR. al-Hakim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا تَخُصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنَ اللَّيَالِي، وَلَا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنَ الْأَيَامِ، إِلَّا أَنْ يَكُونَ فِي صَومِ يَصُوْمُهُ أَحَدُكُمْ. (رواه مسلم)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Jangan kalian khususkan malam Jumat dari malam-malamlainnya dengan qiyamul lail dan jangan kalian khususkan hari Jumat dengan puasa dari hari-hari lain kecuali bertepatan dengan puasa (lain semisal puasa nazar atau puasa yang sudah menjadi kebiasaan) yang dilakukan salah seorang dari kalian.” (HR. Muslim)
Dari beberapa hadits inilah kemudian dalam mazhab Syafi’i pendapat yang sahih menyatakan bahwa puasa pada hari Jumat saja adalah makruh, sebagaimana dinyatakan oleh an-Nawawi dan mayoritas ulama Syafi’iyah.
Adapun hikmah kemakruhan puasa pada hari Jumat saja, menurut pendapat yang shahih adalah karena pada hari Jumat disyariatkan berbagai ibadah yang sangat banyak, berupa zikir, doa, membaca Al-Qur’an dan membaca shalawat, sehingga disunnahkan tidak berpuasa agar lebih ringan menjalankannya dengan penuh kesemangatan dan jauh dari kemalasan. Hal ini sebagaimana orang haji pada saat wukuf Arafah lebih utama tidak berpuasa karena alasan yang sama.
bersambung..
Dikutip Dari:
as-Suyuthi, al-Lum’ah fi Khasa’is Yaum al-Jum’ah, h. 1; dan Al-Mubarakfuri, Mir’ah al-Mafatih Syarh Misykah al-Mashabih, juz VII, h. 77.
Sumber :
Grup Whatsapp, Kajian Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Divisi KISWAH Aswaja NU Center Jatim
Sumber Ilustrasi:
lacavedestrasbourg.com