Bedah Khazanah Aswaja: Penguatan Ilmiah dan Amaliah Nahdliyyin Madiun

0
1967

aswajamuda.com (260317) Madiun – Gedung NU Center PCNU Kabupaten Madiun penuh sesak dua ratusan peserta bedah buku Khazanah Aswaja karya Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur. Aswaja NU Center Madiun yang dipimpin KH. Thohari Sholeh kali ini selaku panitia menghadirkan tiga orang dari Tim Penulis, Ust. Ahmad Muntaha AM, Ust Fathul Qadir, M.H.I. dan Ust Faris Khoirul Anam, Lc., M.H.I.

Baca: Dawuh Para Kiai Tentang Khazanah Aswaja
Baca: Khazanah Aswaja, Pesantren Lirboyo dan Nasionalisme

Di sesi pertama, Muntaha memaparkan gambaran sekilas tentang pembahasan Khazanah Aswaja, yang terbagi dalam 6 bab: Mafahim, Akidah, Fikih, Tasawuf, Aliran, dan Ke-NU-an. “Di antara materi terpenting Khazanah Aswaja ada dua, yaitu penegasan tentang mazhab Asy’ari-Maturidi merupakan representasi Aswaja sebenarnya, dan Ke-NU-an”, ungkapnya. Menurutnya, penegasan ini menjadi penting karena sekarang banyak pihak yang mengklaim dirinya sebagai Aswaja, sekaligus menunduh NU bukan Aswaja. Begitu pula pemahaman seputar ke-NU-an menjadi semakin penting, karena banyak  propaganda terus-menerus berupaya mengerdilkannya, menganggapnya tidak penting, tidak perlu  NU-NU-an dan semisalnya. “Dalam konteks Indonesia, Aswaja saja tidak cukup, tapi harus Ber-NU yang telah terbukti mengawal negeri”, tegasnya.

Di awal sesi kedua, Ust Fathul Qodir, M.H.I. menjelaskan secara panjang lebar tantangan NU di tengah Kompetitornya dalam berbagai bidang, sosial, politik maupun ekonomi. Motif berdirinya NU tidak hanya karena faktor keagamaan, tapi juga Kemasyarakatan dan Nasionalisme. Mengutip antara KH. Chalim Lewmunding dan KH. Abdul Wahab Hasbullah, Fathul Qadir menyampaikan jawaban tegas Mbah Wahab terkait alasan didirikannya NU: “Ini bisa menghancurkan bangunan perang. Kita jangan putus asa. Kita harus yakin tercapai negeri merdeka.”

Sementara di paruh kedua, Faris Khoirul Anam, Lc., M.H.I. dengan gaya khasnya menjelaskan tradisi NU dalam mengikuti Jumhur Ulama. “Kalau kita mengikuti Nahdlatul Ulama, berarti kita dibimbing Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari. Berarti kita istiqamah mengikuti Jumhur Ulama”, tegasnya. Mengutip dari Nail al-Maram Syarh ‘Aqidah al-Islam hal. 8, karya al-Imam Abdullah bin Alwi al-Hadad, ia mencontohkan, dalam bidang teologi mayoritas umat Islam mengikuti al-Asy’ari. Begitu juga NU.

Banyak harapan disampaikan para peserta terkait penguatan syiar Aswaja dan Khazanah Aswaja secara lebih khusus. Bagaimana dikembangkan lagi buku-buku lanjutannya, penulisan buku pendamping bagi para pelajar, dan berbagai usulan penting lainnya.

Bedah buku Khazanah Aswaja kemudian ditutup dengan ijazah al-Aurad wa al-Ahzab dari al-Habib Abdullah bin Alwi al-Hadad oleh Ustad Faris lengkap dengan sanadnya. (Sastro/Madiun)