Home Opini Jalan Cinta

Jalan Cinta

0

Oleh : Moh Nasirul Haq (Santri Rubat Syafi’ie Mukalla Yaman).

Cinta adalah gelombang perasaan indah yang menghiasi setiap insan. Diberikan oleh sang pencipta kepada hambanya. Dengan cinta kehidupan ada, dengan cinta dunia menjadi berwarna, dengan cinta tiada insan bermuram durja.

Cinta mengendap didalam jiwa, meresap pada segenap raga menyalurkan nilai positif dalam kehidupan. Terkadang cinta yang mendalam membuat seorang kekasih tidak akan mengumbar rahasia cintanya, dan itulah cinta yang suci dan rahasia. Sebagaimana dikatakan:

من أحب فعف فكتم فمات مات شهيدا

“Barangsiapa yang mencinta kemudian tidak bermaksiat (suci) kemudian menyimpan perasaannya dan meninggal, maka ia mati dalam keadaan syahid.”

Perasaan cinta jika menjadi semakin kuat gelombangnya, semakin memuncak gairahnya, semakin menggebu perasaannya, maka akan menjadi luapan “Rindu”. yang mana kelak perasaan Rindu membutuhkan pengorbanan dari salah satunya atau dari keduanya.

Betapa beratnya orang yang mati menahan rindu pada sang kekasih. Bagaikan menahan siksa yang menimpa dirinya selama hidup di dunia, ia harus menahan perasaan itu demi kesucian cintanya, karena ia berharap dengan menahan perasaan itu ia akan terjauh dari murka tuhan. Sungguh indah cinta yang tertahan itu dan pasti tuhan akan membalasnya dengan surga selama kesucian cintanya terjaga.

Hal ini senada dengan yang dikatakan dalam gubahan syair yang tertulis dalam Kitab I’anatut Tholibin juz 2 bab Syahid:

كَفَى المُحِبين في الدنيا وعذابهم * تالله لعذبتهم بعدها سقر

بل جنة الخلد مأواهم مزخرفة * ينعمون بها حقا بما صبروا

وكيف لا؟؟؟ وهموا حبوا وقد كتموا * مع العفاف بهذا يشهد الأثر

يأووا قصورا منازلهم وما وفوا * حتى يرو الله في ذا جاءنا الخبر

Ketika perasaan itu semakin bertambah dan bergejolak, maka kedua perasaan itu akan menjadi satu… tidak bisa dibedakan antara keduanya… cerita mereka satu… jalan mereka satu… lamunan mereka satu… keinginan mereka satu… perasaan mereka satu… Tatapan mereka satu… hingga hampir tak bisa dibedakan!!!.

Jika salah satu kekasih berkata maka kekasih lainnya yang akan menyempurnakan. Bahkan jika salah satu dari mereka terbunuh, maka siapapun hampir tak bisa membedakan siapa diantara mereka yang terbunuh, karena hakikatnya mereka adalah Satu.
Berkata seorang penyair:

لو مر سيف بيننا لم نكن * نعلم هل أجري دمي أم دمك

“jika pedang menyayat kita, kitapun tak bisa membedakan apakah yang dialirkan darahku ataukah darahmu?.”

Perasaan cinta yang mendalam akan menjadikan sang kekasih akan selalu berada dalam setiap langkah kita.
Teringat suatu kisah saat “Qais Majnun” ditanya oleh seseorang ; “Siapa namamu kisanak?”, majnun menjawab ; “Aku Laila”. Berkata lagi orang itu ; “Bukankah laila telah mati?”, majnun menjawab ; “Sesungguhnya Laila bersemayam dihatiku dan tak pernah mati.”

Cinta yang tulus akan mengantarkan kepada kecintaan yang abadi, menunjukkan untuk mencintai segala sesuatu yang dicintai oleh sang kekasih.

Sebagaimana kisah cinta “Zulaikha” kepada Nabi “Yusuf”, membuat Zulaikha mabuk kepayang dan lupa daratan.

Siang dan malam Zulaikha hanya terbayang wajah Yusuf, kemewahan dan kekayaannya ia abaikan demi Yusuf, kerinduannya kepada Yusuf membuatnya memberi nama segala sesuatu dengan nama “Yusuf”, Tentu saja hal itu ia lakukan tanpa ia sadari!. orang disekitarnya semua bagaikan Yusuf, wajah Yusuf selalu ada di mata Zulaikha, tak pernah hilang!.

Saking rindunya kepada Yusuf, jika Zulaikha melihat langit, ia melihat nama Yusuf tertulis diantara bintang yang bertaburan, wajah Yusuf pun Nampak jelas di hamparan angkasa raya.

Tangisan kerinduan, sepanjang hari membasahi pipinya, antara harap dan cemas untuk sebuah pertemuan yang di dambakan.

Cinta Zulaikha kepada yusuf mengarahkannya untuk mencintai apapun yang dicintai sang pujaan hati. Cinta Yusuf kepada Allah s.w.t menjadikan Zulaikha turut mencintai Allah s.w.t, mengalihkan dari cinta nafsu menjadi cinta hakiki, menrubah dari cinta dunia menjadi cinta akhirat.

Terlihat dari percakapan Ketika Zulaikha bermaksud merayu Yusuf, Yusuf pun berusaha menuntun Zulaikha kepada cinta yang suci.

Zulaikha berkata; “Duhai Yusuf sungguh rambutmu indah sekali”, Yusuf menjawab; “rambut itu yang pertama kali akan rontok dari badanku”.
“Duhai Yusuf badanmu sungguh indah sekali”, yusuf menjawab; “disitulah tempat ulat ulat dan serangga menggerogoti”.
“Duhai Yusuf sungguh indah kedua bola matamu”, Yusuf menjawab; “Air mata kedua mataku selalu mengalir karena takut kepada Allah”.

Cinta mereka pun bersemi menjadi cinta yang suci menggapai ridlo ilahi robbi.
Cinta tidak terkhusus kepada wanita akan tetapi kepada apa saja dan siapa saja. Sebagaimana cinta para Ulama’ dan Awlya’ kepada nabi Muhammad s.a.w.

Dikisahkan Imam Ahmad bin Hambal sangat mencintai Rasulullah s.a.w ia berkata; “Demi Allah, seandanya dating satu malam saja padaku tanpa aku bisa melihat Rasulullah s.a.w dalam mimpi, maka pasti akan aku golongkan diriku sebagai orang munafiq.”

Begitu juga perasaan cinta para habaib kepada Nabi Muhammad s.a.w yang sangat mendalam, sebagaimna yang mereka katakan:

عَينِي لغَير جَمَالكم لا تنظر * و سِوَى كُم فِي خَاطِرِي لا يَخطُر

“Mataku tidak memandang selain kepada keindahanmu * selain dirimu tak pernah terbesit didalam benakku.”

Begitu juga cinta kita kepada orang tua dan guru, Tentu sudah banyak kisah yang sering kita dengarkan. Kesemuanya itu berasal dari satu sumber perasaan yang disebut “Cinta”, yang mana dengan cinta muncullah keindahan di muka bumi ini.

Begitu juga cinta saat menyambut kedatangan bulan bulan yang suci seperti ramadhan.

jalan kita para pengikut Ulama sufi adalah dengan menomersatukan keindahan dalam segenap aspek kehidupan. Madzhab kita/jalan kita adalah madzhab cinta yang akan selalu kita bawa dalam menjalani kehidupan yang kelak menunjukkan pada jalan cinta yang suci yang abadi menggapai ridlo Ilahi.

Yaman 2017